FaktualNews.co

Hasil Rapid Non Reaktif Namun Dijemput Paksa Petugas, Keluarga Pedagang di Jombang Ini Merasa Dikucilkan

Peristiwa     Dibaca : 1052 kali Penulis:
Hasil Rapid Non Reaktif Namun Dijemput Paksa Petugas, Keluarga Pedagang di Jombang Ini Merasa Dikucilkan
FaktualNews.co/Istimewa
Ilustrasi stigma Covid-19. (Unicef.org)

JOMBANG, FaktualNews.co – Seorang pedagang di Pasar Peterongan, Jombang, Jawa Timur, dibuat bertanya-tanya menyusul kebijakan karantina yang diterapkan oleh Tim Gugus Tugas penanganan Covid-19 kepada istrinya.

Menurutnya, istrinya yang berinisial LA (50) dijemput paksa petugas kemudian diisolasi di Gedung Tennis Indoor yang ada di Jalan Kusuma Bangsa setempat. Padahal, hasil rapid tes warga Kecamatan Peterongan ini dinyatakan non reaktif. LA diisolasi sejak hari Senin, 22 Juni 2020 lalu. Hingga saat ini LA masih menjalani karantina.

R, suami dari LA mengaku sempat mempertanyakan keputusan isolasi ini kepada petugas. Namun, dirinya justru mendapat klarifikasi hasil rapid test susulan secara lisan yang menyatakan hasil tes istrinya tersebut reaktif.

“Saya dapat klarifikasi dari Puskesmas melalui ponsel bu Bidan bahwa hasil rapid istri saya itu reaktif, tapi itu hanya lisan, seperti ini janggal kalau menurut saya,yang kami tidak mengerti, kenapa urusan sepenting ini bisa salah ketik,” ujar R, Jumat (26/6/2020).

Selain LA, ada sebanyak 8 pedagang lain yang juga dinyatakan reaktif hasil rapid testnya. Dari jumlah itu, hanya empat orang saja termasuk LA yang diisolasi. Sedangkan lainya, diperbolehkan menjalani isolasi mandiri dirumahnya.

R berharap, istrinya LA bisa menjalani isolasi secara mandiri. Namun, jika memang kemungkinan terburuk LA hasil uji swabnya dinyatakan positif, R mengaku siap menjalankan ketentuan yang ada.

“Ada empat yang diisolasi, padahal yang reaktif ini ada 9, yang tiga infonya hasilnya tidak jelas sehingga lolos, yang dua orang salah satunya keluarga anggota Polisi dan satu orang lagi ini bisa isolasi mandiri, kenapa istri saya yang non reaktif malah diisolasi,” tandasnya.

R juga mengaku harus menanggung kerugian yang cukup besar akibat hal ini. Selain kehilangan mata pencaharian, keluarganya juga harus menanggung beban moral lantaran dikucilkan oleh warga disekeliling tempat tinggalnya.

Sementara istrinya LA hingga saat ini masih dikarantina dan menunggu hasil uji swab keluar.

“Karena penopang ekonomi utama ini istri saya, yang kami kerjanya jualan daging di pasar sana, anak kami satu, kalau tidak ada istri lapak kami tutup, tapi kami di kampung di kucilkan, belum lagi kalaupun nanti dia dinyatakan sembuh (seadainya kalau istri saya positif) itu pasti akan melekat kepada pelanggan kami juga, ini kami harus tanggung kerugian ini,” bebernya.

“Kami beberapa waktu lalu, juga terima bantuan sembako entah dari Desa atau dari mana yang jelas kami ini sudah masuk program, harapan kami dalam hal ini berjalan semestinya,” pungkasnya.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh