Ekonomi

Pandemi Covid-19, Halal Lifestyle Bisnis Alternatif

JOMBANG, FaktualNews.co -Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan “halal lifestyle” atau gaya hidup halal kian pesat dan menjadi tren global. Tak tertinggal pula di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Termasuk banyak negara pula yang mulai menerapkan sistem halal lifestyle dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Ketua Kantor Internasional Universitas KH A Wahab Hasbullah (Unwaha) Jombang, KH Akhmad Kanzul Fikri fenomena ini tidak hanya dari kalangan negara muslim saja. Namun, negara-negara yang berpenduduk mayoritas non-muslim juga tengah berupaya keras menerapkan halal lifestyle dalam kehidupan mereka.

Oleh karenanya, ada baiknya generasi muda Jombang berlatar belakang santri terjun ke bisnis ini. Secara kualitas keilmuan masalah halal, santri tak diragukan. Karena menurutnya, setiap hari bergelut dengan ayat suci Al-Quran dan hadis.

“Gaya hidup halal tidak hanya mencakup aspek makanan, tetapi juga meliputi dunia fashion, kosmetik, pariwisata hingga perbankan syariah. Jombang punya potensi ini, karena jumlah pesantren dan santrinya banyak. Ini bisa jadi alternatif usaha di tengah Covid 19,” katanya, Kamis (2/7/2020).

Dikatakan,  pemerintah dan pelaku usaha perlu mendiskusikan hal ini. Nanti bisa dibahas tentang prosedur sertifikasi halal, peraturan pemerintah, hingga perkembangan halal lifestyle di negara-negara lain.

Karena guna mendukung perkembangan gaya hidup halal di Indonesia. Sebuah ekosistem yang tersedia haruslah terintegrasi dengan baik, mulai dari aturan dan fasilitas lainnya.

“Informasi yang saya terima, pada tahun 2018 pertumbuhan global industri halal lifestyle mencapai 5.2% dengan pendapatan Rp. 2.2 trilliun Dollar dan diprediksi meningkat menjadi 6.2% pada tahun 2024. Ini peluang besar,” tambah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aqobah ini.

Dikatakannya, dalam masa era new normal ini, mau tidak mau pelaku usaha harus lebih adaptif ketika dihadapkan pada perubahan dan tantangan yang terjadi dilapangan, diantaranya adalah mencermati perubahan perilaku konsumen, seperti adanya jaga jarak, serta lebih memaksimalkan pemasaran di media sosial.

Bahkan dinegara lain, ketika memasuki toko untuk membeli makanan, pembeli cukup men-scan pada barcode yang tersedia dikemasan untuk mengetahui status kehalalan produk tersebut.

“Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bisnis gaya hidup halal ini yaitu sumber daya manusia yang kompeten , dukungan pemerintah berupa regulasi dan infrastruktur, penambahan literasi masyarakat, kreatifitas media promosi, dan service yang baik,” beber Akhmad.

Baginya, peluang dalam bisnis halal lifestyle terbuka lebar. Terutama di Jawa Timur yang menjadi pusat pergerakan Islam. Dalam masa Covid-19 ini saja bisnis makanan dan obat-obatan halal tidak mengalami penurunan drastis. Bisnisnya pun bisa dilakukan via online.

“Di masa wabah ini, yang masih bertahan baik adalah bisnis makanan, obat-obatan dan media. Bisa makanan halal,” tandas Akhmad.