JOMBANG, FaktualNews.co – Para petani tebu lokal sekarang bisa bernafas lega. Demikian ini setelah pemerintah akan mewajibkan para importir membeli seluruh gula petani dengan patokan harga Rp 11.200 per kilogram.
Hal ini diungkapkan Ketua II DPN APTR (Asosiasi Petani Tebu Rakyat), Basyaruddin Saleh, usai bertemu dengan Komisi VI DPR RI, Menteri Perdagangan serta Menko Ekonomi, Kamis (2/7/ 2020), kemarin.
Basyaruddin menjelaskan, pertemuan tersebut terkait keluh kesah para petani tebu yang selama ini terus merugi pasca masuknya gula impor ke dalam negeri. Basyarudin menjelaskan, banyaknya importir gula ini berdampak pada kelebihan suplai gula didalam negeri.
Sedangkan harga gula impor jauh lebih murah dibandingkan dengan harga gula petani lokal. Dampaknya, tentu saja gula milik petani nyaris tidak laku.
“Alhamdulillah setelah pertemuan itu setiap importir rosesugar diwajibkan beli semua gula petani sebanyak 800 ribu ton gula petani Rp 11.200 per kilogram. Tentang teknis dan pelaksanaannya dalam waktu dekat akan dibuatkan MoU disaksikan Ketum DPN APTR,” ujarnya, Jumat (3/7/2020).
Basyaruddin menambahkan, pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa perwakilan importir gula. Mayoritas para importir ini pun menyetujui keputusan pemerintah ini.
“Mayoritas importir menyanggupi, ada sekitar tujuh yang sudah menyanggupi, diantaranya PT. KTM, PT. SMS, PT. Dompu, PT. MSI, dan lainya,” bebernya.
Basyaruddin juga mengatakan, selain berdampak tak lakunya gula local. Masukknya gula impor ini juga sempat membuat gairah sebagian besar petani untuk berkebun tebu hilang dan beralih kepada komoditas lain.
Dia meyakini, jika terus menerus berlangsung. Maka dipastikan pasokan tebu ke pabrik gula akan berkurang dan satu per satu pabrik akan gulung tikar.
“Kalau lahan tebu berkurang otomatis pasokan ke pabrik gula juga berkurang. Ini saja sudah dua pabrik milik PTPN X yang tutup, PG Tulangan dan PG Watu Tulis, dan yang sudah terancam ini PG Djombang Baru, PG Mrican, PG Lestari,” bebernya.
Basyaruddin mengakui dalam kurun waktu beberapa waktu terakhir harga gula di pasaran memang cukup tinggi mencapai Rp 18 ribu per kilogram. Namun demikian, itu tidak menguntungkan petani sama sekali. Sebab saat harga tinggi tersebut, harga lelang dari petani hanya berkisar Rp 10.500 – 10.700 saja. Bahkan, ditahap kedua, harganya anjlok di angka Rp 10.200.
“Padahal sebelum covid-19 HPP petani sebesar Rp 10.90 per kilo sekarang malah Rp 10.200. Makanya kami minta importir beli gula petani Rp 11.200, minimal periode ketiga sudah diberlakukan,” pungkasnya.