Sosial Budaya

UNESCO dan Dewan Gereja Dunia Soroti Langkah Turki Fungsikan Kembali Hagia Sophia Jadi Masjid

ISTANBUL, FaktualNews.co – Dewan Gereja Dunia, yang mewakili 350 gereja Kristen, Sabtu (11/7/2020), mengatakan telah menulis surat kepada Presiden Turki, menyatakan “kesedihan dan kecemasan” terkait keputusannya untuk menjadikan museum Hagia Sophia sebagai masjid. Demikian dilansir VOA Indonesia, Minggu (12/7/2020).

Hagia Sophia telah menjadi tempat keterbukaan, perjumpaan dan inspirasi bagi orang-orang dari semua negara dan agama” sejak 1934 ketika tempat itu diubah dari masjid menjadi museum, kata Ioan Sauca, sekjen sementara dewan yang berbasis di Jenewa itu, dalam surat tersebut.

Deklarasinya itu dikeluarkan setelah sebuah pengadilan tinggi Turki mencabut status museum dari monumen kerajaan Bizantium pada abad ke-6 itu.

Pada Sabtu (11/7/2020), pernyataan Dewan Gereja Dunia menegaskan bahwa “dengan memutuskan untuk mengubah Hagia Sophia menjadi masjid lagi, Anda telah menghapus tanda positif dari keterbukaan Turki dan mengubahnya menjadi isyarat eksklusi dan perbedaan.”

Langkah itu akan “menimbulkan ketidakpastian, kecurigaan dan ketidakpercayaan, memupus semua upaya kita untuk membawa orang-orang dari berbagai latar belakang agama ke meja perundingan dan kerjasama,” kata pernyataan itu.

Dewan itu memperingatkan bahwa keputusan itu juga bisa “mendorong ambisi kelompok-kelompok lain di tempat lain yang berusaha mengganti status quo dan untuk mengedepankan perpecahan baru antar masyarakat beragama.”

Sementara itu, pihak UNESCO memastikan bahwa Hagia Sophia adalah bagian dari Area Bersejarah Istanbul, properti yang tercantum dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.

Hagia Sophia adalah mahakarya arsitektur dan kesaksian unik untuk interaksi antara Eropa dan Asia selama berabad-abad. Statusnya sebagai museum mencerminkan sifat universal warisannya, dan menjadikannya simbol yang kuat untuk dialog,” kata Direktur Jenderal Audrey Azoulay dilansir laman web UNESCO.

Keputusan itu memunculkan masalah dampak perubahan status ini pada nilai universal. Negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa modifikasi tidak memengaruhi nilai universal luar biasa dari situs-situs tersebut.

Menurut Audrey Azoulay, UNESCO harus diberi pemberitahuan sebelumnya mengenai modifikasi semacam itu, yang, jika perlu, kemudian diperiksa oleh Komite Warisan Dunia.

“Penting untuk menghindari tindakan implementasi apa pun, tanpa diskusi sebelumnya dengan UNESCO, yang akan memengaruhi akses fisik ke situs, struktur bangunan, properti yang dapat dipindahkan, atau manajemen situs,” tegas Ernesto Ottone, Asisten Direktur UNESCO sembari menambahkan, tindakan-tindakan semacam itu bisa merupakan pelanggaran aturan yang berasal dari Konvensi Warisan Dunia 1972.

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memastikan, jika semua tahap persiapan selesai dilakukan, pemerintah Turki akan membuka Hagia Sophia sebagai tempat ibadah mulai 24 Juli sekaligus tetap dibuka bagi semua warga dunia. Dia mengatakan itu pada Jumat (10/7/2020).

Dilansir Anadolu Agency, dalam pidato nasionalnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan pesannya tentang status baru Hagia Sophia yang sebelumnya digunakan sebagai museum selama beberapa dekade terakhir.

Dalam status barunya, Hagia Sofia akan berfungsi sebagai masjid setelah keputusan pemerintah ditetapkan pada Jumat.

Presiden mengatakan pintu Hagia Sophia akan terbuka untuk semua warga Turki, orang asing, Muslim, dan non-Muslim seperti halnya dengan semua masjid lainnya.

Presiden Turki mengatakan Hagia Sophia akan terus merangkul semua orang dengan status barunya sebagai masjid dengan cara yang jauh lebih tulus.

“Saya mengundang semua orang untuk menghormati keputusan yang diambil oleh badan peradilan dan eksekutif negara saya tentang Hagia Sophia,” kata Erdogan, sambil menekankan penggunaan kompleks bersejarah itu adalah masalah kedaulatan nasional.

Turki menyambut semua pandangan tentang masalah ini, kata Erdogan, tetapi juga menambahkan bahwa setiap sikap atau ekspresi yang dipaksakan di luar sikap pemerintah itu akan dianggap sebagai “pelanggaran” dari “kemerdekaan” Turki.

“Saya menggarisbawahi bahwa kita akan membuka Hagia Sophia sebagai masjid dengan melestarikan warisan budaya bersama umat manusia,” kata Erdogan.

Hagia Shophia merupakan situs UNESCO  (The United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) yang sudah berusia 1.500 tahun. Pada mulanya merupakan sebuah katedral Kristen Ortodoks. Setelah kerajaan Ottoman menguasai Istanbul pada 1453, situs itu diubah menjadi masjid.