Puluhan Desa di Sumenep Berpotensi Kekeringan, Dewan Minta Bijak Manfaatkan Air
SUMENEP, FaktualNews.co – Memasuki musim kemarau, Anggota Komisi II DPRD Sumenep, Gunaifi Syarif Arrodhy mengimbau masyarakat lebih berhati-hati terhadap potensi terjadinya kekeringan.
Terkait itu, politisi muda Partai Amanat Nasional (PAN) ini meminta masyarakat lebih bijaksana dalam memanfaatkan air.
“Setiap tahun sejumlah daerah mengalami kekeringan. Maka dari itu, jika saat ini persediaan air masih ada, maka kita harus lebih bijak dalam memanfaatkannya. Gunakan air itu seperlunya,” sebutnya, Selasa (14/7/2020).
Selain masyarakat yang harus bijak, ia meminta pihak pemerintah daerah siap siaga menghadapi kekeringan ini. Bantuan air bersih harus selalu disiapkan manakala sewaktu-waktu ada laporan sudah terjadi kekeringan di suatu daerah.
“Bisa saja sewaktu-waktu BPBD itu menerima laporan adanya kekeringan. Mereka harus selalu siap siaga untuk menyuplai air bersih ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan tersebut,” ungkapnya.
“Bahkan jangan nunggu laporan baru bergerak, tetapi pihak terkait ini harus jemput bola. Silahkan pantau daerah-daerah yang memang berpotensi mengalami kekeringan,”sambung legislatif asal Dapil V Sumenep ini.
Selain itu, ia meminta pihak terkait seperti PDAM untuk menambah armada demi mempercepat dropping air bersih ke wilayah-wilayah terdampak kekeringan.
Dikatakan, untuk hal ini, PDAM harus menjadi mitra Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumenep.
“Penambahan armada di PDAM itu penting, karena PDAM menjadi mitra BPBD untuk menyuplai air bersih. Kami berharap mobil tangki pengangkut air itu bisa ditambah,” tukasnya.
Sebelumnya, Kepala BPBD Sumenep, Rahman Riadi mengatakan, sesuai estimasi, ada sebanyak 38 desa di Sumenep berpotensi mengalami kekeringan.
Sejumlah desa itu terletak di 10 kecamatan. Diantaranya Kecamatan Talango, Pasongsongan, Saronggi, Batuputih, hingga Kecamatan Batang-Batang.
“Estimasinya ada sebanyak 38 desa di 10 kecamatan,” kata Rahman saat dihubungi media ini melalui sambungan telephonenya, beberapa waktu lalu.
Namun, kata Rahman, jumlah potensi itu bisa berkurang jika kemarau yang terjadi tahun ini merupakan musim kemarau basah.
“Kalau kemarau basah, potensi seperti pada data itu bisa saja berkurang,” katanya.
Untuk itu, pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah untuk mengatasi hal tersebut. Kata dia, BPBD Sumenep, melakukan pemetaan dengan tiga parameter, yaitu sampling data tahun lalu, intervensi yang dilakukan oleh OPD maupun desa seperti pengeboran air bersih, hingga usulan dari masyarakat.
“Intervensi kegiatan itu bisa mengurangi daerah yang dulunya kering kritis menjadi kering terbatas, dari kering terbatas bisa menjadi kering langka,” tambahnya.
Ia mengatakan, pihaknya selalu siap siaga untuk membantu dropping air bersih ke daerah yang mengalami kekeringan. Tidak sendiri, pihaknya juga akan bekerjasama dengan PDAM Sumenep.
Selain itu, BPBD Sumenep juga akan meletakkan tandon di beberapa daerah yang mengelami kekeringan. Hal ini, bagi daerah yang siaga darurat kekeringan.
Saat ini, pihaknya berupaya untuk mengatasi kekeringan yang berpotensi ataupun sudah terjadi tersebut. Salah satunya, yaitu dengan mengusulkan anggaran dari Dana Tidak Terduga (DTT).
Sementara itu, untuk besaran anggaran, ia mengatakan perlu ada pemetaan terlebih dahulu dari TAPD. Yang pasti, anggaran itu disesuaikan dengan bencana yang terjadi. Berkaca pada tahun lalu, anggarannya mencapai Rp 120 juta.
“Kami sudah usulkan rancangan itu kepada pak Sekda selaku Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD),” katanya.
Beberapa waktu lalu, Rahman juga mengatakan, pihaknya juga tengah siaga untuk melakukan dropping air bersih ke daerah yang mengalami kekeringan. Untuk suplai air, BPBD bekerjasama dengan pihak PDAM.