Peristiwa

Ibunya Dipaksa Covid-19, Warga Pasuruan Curhat di Facebook Viral

PASURUAN, FaktualNews.co –Akun Facebook Tea Ranich, mendadak vira di media sosial (medsos). Demikian ini terkait curhatan seorang perempuan muda yang mengungkapkan kekecewaannya terhadap pelayanan RSUD dr R Soedarsono, Kota Pasuruan. Ia curhat lewat Facebook dinihari tadi.

Dalam curhatannya ia menyebut ibunya meninggal dunia di rumah sakit milik pemerintah Kota Pasuruan tersebut, saat dalam perawatan tim medis pada Minggu (2/8/2020) lalu. Menurut dia, ibunya meninggal lantaran penyakit diabetes. Namun dilabeli Covid-19 oleh pihak rumah sakit.

Tea Ranich mengungkapkan rasa sedih juga kecewa berat terhadap penanganan tim medis yang terkesan ada paksaan  oleh tim medis agar ibunya masuk penanganan Covid-19. Ia sangat detail terkait peristiwa yang dialaminya. Ia bahkan menyertakan kronologi lengkap dengan hari dan jamnya.

Dari ungkapan lewat akun Facebooknya, ia membawa ibunya ke klinik desa, pada Selasa (28/8/2020) lalu. Dalam perawatan di klinik, ibunya didiagnosa sakit paru-paru sehingga harus diperiksa ke laboratorium.

Ia menyebut ibunya tak pernah menderita penyakit paru-paru.”Hasil pemeriksa katanya keluar Senin,” tulis akun tersebut.

“Ibu saya memang sudah lama sering sakit, beliau mempunyai riwayat diabetes tinggi.hari itu tidak biasa mengeluh panas demam seperti sakit sebelumnya sudah sering seperti itu tapi membaik dengan sendirinya.kali ini setelah d tes diabetnya tinggi 500 .hari itu sy panik..sy bawa k sebuah klinik d desa,” tuturnya.

Pada Sabtu (1/8), ia meminta ibunya dipulangkan karena menurutnya kondisinya membaik. Sabtu sore, ibunya pulang dari klinik desa. Namun tengah malam ibunya menderita sesak napas bahkan tidak sadar. Ia pun langsung membawa ibunya ke Rumah Sakit Graha Sehat Medika, Karangketug, Kecamatan Gadingarejo, Kota Pasuruan.

“Minggu (2-08_2020 ) jam 03.00 sy membawa ibu ke rumah sakit di kraton sampai sana hanya dikasih oksigen dan tidak dilakukan tindakan apa2.petugas medis menyarankan membawa kerumah sakit yang lebih lengkap.karena tidak ada alat untuk paru paru,” terangnya.

Karena tak ada hasil yang maksimal, ia membawa ibunya ke RSUD dr R Soedarsono. Oleh dokter jaga, ia disarankan di IGD, dan oleh dokter,ibunya langsung diarahkan ke kamar isolasi. “Ini awal dari penyesalanku….,” imbuhhnya.

Kata Tea Ranich, dokter menyimpulkan dari hasil diagnosa, ibunya terindikasi terjangkit Covid-19, lantaran gejala yang muncul menyerupai terpapar virus Corona.

Bahkan dokter jaga meminta agar ibunya ditangani sesuai dengan pasien yang terkonfirmasi Covid-19, karena ada sesak dan panas.

Dokter, terus mendesak agar pasien ditangani sesuai protap Covid-19.

“(Kata dokter) Mbak gimana apa anda bersedia ibu anda kami tangani secara covid tapi kalo meninggal harus siap menjalani pemakaman secara covid.sy minta tanda tangan persetjuan kalo anda tidak setuju silahkan bawa pulang ibunya kami tidak akan melakukan tindakan apa2,” tambahnya.

Ranich menolak permintaan dokter dan tanda tangan. Hingga akhirnya ibunya meninggal dunia. Saat ibunya meninggal, lanjut dia, tim medis juga meminta tanda tangannya persetujuan pemakaman dilakukan dengan protap Covid-19 dan di malam hari khusus Covid-19. Namun hal itu tetap ditolaknya.

Namun ia hanya bisa pasrah, meski dalam hatinya ia menolak keras kalau ibunya divonis terpapar Covid-19. Bahkan pemakaman sesuai protokol kesehatan dilaksanakan pada Minggu (2/8/2020) di TPU Lumbang yang disaksikan oleh pihak keluarganya.

“Teruntuk anda yang memaksa saya menandatangani itu semua …selamat uang insetif anda cair.saya yang berlinang anda yang bergelimang,” pungkasnya.

Terpisah Plt Direktur RSUD dr R Soedarsono, dr Tina Soelistiorani, pada awak media menyatakan bahwa pasien orang tua Tea Ranich meninggal di rumah sakit dalam perawatan pada hari Minggu pagi.

“Pasien tersebut memang meninggal di IGD pada Minggu, 2 Agustus,” ungkap Solelistiorani.