SURABAYA, FaktualNews.co – Israel barang kali adalah satu-satunya negara yang menjadi sorotan dunia. Selain memiliki catatan sejarah panjang peradaban manusia, Israel terlibat konflik berkepanjangan dengan bangsa Palestina dan negara yang kontra dengan kebijakan luar negerinya, seperti Iran dan Suriah.
Disalin dari Kantor Berita Kemanusiaan, baru-baru ini Israel menerima paket bantuan senilai 500 juta dollar AS atau sekitar Rp7,25 triliun dari Amerika Serikat untuk meningkatkan ketiga sistem pertahanan udara Iron Dome atau Kubah Besi, David Sling dan Arrow 3.
Iron Dome, sebagaimana ditulis Nanang Sunarto di laman itu Kantor Berita Kemanusiaan itu, adalah sistem pertahanan udara imajiner atau tak kasat mata yang terus dikembangkan untuk menghadapi roket-roket yang dilontarkan oleh kelompok Hamas, Palestina dari Jalur Gaza atau Hisbollah dari Lebanon Selatan.
Cara kerjanya, unit pelacak melalui radar memindai wilayah tertentu yang diserang roket-roket jarak pendek (sampai 69 Km), sementara unit kontrol terpisah yang serba komputer menganalisa data yang diinput radar.
Unit pelacak dengan kendaraan bergerak mendeteksi kehadiran roket-roket lawan dan menyampaikan pesan itu ke unit komando yang dalam hitungan detik segera meluncurkan rudal anti rudal, menyongsong serangan lawan.
Uniknya, dengan sistem pelacakan smart yang dimilikinya, roket-roket musuh dibiarkan saja jika bakal menyasar wilayah kosong, dan baru dicegat jika mengancam permukiman penduduk atau obyek-obyek vital.
Sedangkan sistem pertahanan udara Arrow 3 yang dikembangkan bersama antara Israel Aerospace Industries (IAI) dan Boeing, AS diluncurkan dari silo-silo di bawah tanah ke sasaran di ketinggian atmosfir untuk mencegat rudal balistik berhulu ledak nuklir, senjata kimia, biologi dan konvensional.
Melesat pada kecepatan hypersonik sampai 9-Mach, Arrow 3 yang unit costnya sekitar tiga juta dollar AS (sekitar Rp43,5 milyar) berjangkauan sampai 2.400 Km dan mampu menghancurkan satelit mata-mata lawan.
Sistem Arrow-3 agaknya disiapkan untuk menghadapi rudal-rudal S-300 dan Scud buatan Rusia yang ditempatkan di Suriah atau rudal-rudal balistik Iran seperti Qaher dan Shahab yang memiliki jangkauan sampai 2.000 Km.
Sementara David Sling atau Ketapel David sebagai lapis kedua sistem pertahanan anti rudal Iron Dome dikembangkan oleh Rafael Defence System Israel dan Raytheon, AS untuk menghadapi drone atau rudal-rudal lawan.
Dengan menggunakan rudal-rudal anti rudal Stunner, menggantikan Hawk dan Patriot buatan AS, sistem David Sling berfungsi menghadapi serangan rudal jarak pendek sampai sedang (40 Km – 300 Km) seperti drone atau rudal-rudal DF-15 buatan China yang digunakan Iran.
Satu rudal Stunner yang dilepaskan untuk mencegat rudal SS-21 Scarab eks-Rusia milik Suriah pada 2018 tidak meledak, malah nyasar ke wilayah Suriah sehingga kemungkinan teknologinya dibongkar oleh Rusia.
Israel dengan kecanggihan teknologinya disegani oleh negara-negara Arab termasuk kekuatan regional seperti Iran dan Suriah, namun tetap saja kesulitan menghadapi bangsa Palestina yang tak kenal menyerah.