FaktualNews.co

Cenil, Jajanan Tradisional di Blitar yang Bertahan dari Gerusan Zaman

Kuliner     Dibaca : 1054 kali Penulis:
Cenil, Jajanan Tradisional di Blitar yang Bertahan dari Gerusan Zaman
FaktualNews.co/dwi haryadi
Rubiah saat menunjukkan cenil daganganya.

BLITAR,FaktualNews.co-Di tengah pandemi Covid-19 dan perkembangan zaman, jajanan tradisional di Blitar ternyata mampu bertahan.

Salah satunya jajanan pasar bernama Cenil. Cenil merupakan jajanan pasar legendaris yang sejak zaman penjajahan hingga saat ini masih bisa di jumpai di pasar pasar tradisional dan sejumah lapak di Blitar.

Jajanan tradisional yang terbuat dari pati ketela dan ketan ini ternyata masih banyak yang menyukai, terbukti setiap ke pasar banyak pembelinya.

Salah satu penjual cenil ini adalah Rubiah (71), warga Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

Rubiah mengaku sudah lebih dari 51 tahun berjualan cenil, yakni sejak Rubiah masih muda. Rubiah semula berjualan di Pasar Tlogo, Kecamatan Kanigoro.

Namun karena usianya kian menua, Rubiah sejak lima tahun terakhir memilih berjualan di rumahnya.

Meskipun berjualan di rumah, ternyata tidak mengurangi pelangan. Para pelanganya banyak yang mendatangi di rumahnya.

”Saya diminta anak agar tidak lagi berjualan di pasar. Maklum usia sudah tua, mungkin anak khawatir. Saya pun sering cepat lelah saat berjalan ke pasar,” tutur Ribiah ditemui di rumahnya, Sabtu (8/8/2020).

Nenek yang akrab disapa Lek Biah ini mengaku merintis jualan jajanan Cenil sejak 1969. Saat itu diawali berjualan di Pasar Tlogo bersama saudaranya.

Hampir setiap hari dirinya berjualan mulai dari pagi hingga siang. Tetapi lima tahun belakangan ini, dia berjualan di rumah hanya pada sore hingga malam.

Jajanan yang dijualnya juga tidak sebanyak dulu. Dahulu dalam tiga hari bisa menghabiskan satu kuintal ketela. Namun, menurun jauh.

”Sekarang satu hari rata-rata hanya 15 kilogram ketela saja. Itupun terkadang tidak bisa habis semua dalam sehari,” kata nenek 11 cucu ini.

Sebelum menggeluti usaha jualan jajanan tradisional, dia aktif sebagai pedagang sayur di Pasar Tlogo. Di samping itu, dia menyambi berjualan jajanan tradisional lain seperti gatot dan tiwul.

Seiring berjalannya waktu, dia mencoba menggeluti jualan cenil dan pendampingnya, yakni ireng-ireng, kicak dan petulo. Semua jajanan itu dibuatnya dengan cara tradisional tanpa menggunakan bantuan mesin. Semuanya diolahnya sendirian.

”Ya supaya hasilnya enak, saya membuat tanpa mesin. Cenil dan kicak ini saya tumbuk menggunakan alat tradisional. Namun saat ini saya dibantu anak terakhir. Anak saya bagian yang menumbuk ketelanya,” ujarnya

Satu porsi cenil hasil olahannya itu dijual seharga Rp 2.500. Harga yang lumayan murah untuk jajanan tradisional saat ini. Terkadang, dia juga melayani pesanan untuk acara hajatan.

”Kadang tetangga sekitar ada yang pesan untuk hajatan. Kadang juga untuk pameran jadul, selain itu juga saya diajak ikut pameran sewaktu di hari kemerdekaan di desa,” tuturnya.

Dia mengaku tetap bertahan jualan cenil karena sudah menjadi jalan rezekinya. Kalau harus jualan jajanan lain mungkin sulit dilakukan.

”Sebab yang saya bisa yang buat cenil ini saja. Tidak ada usaha lain. Yang penting, bagaimanapun hasilnya tetap disyukuri. Kasihan kalau ada pelanggan yang kecewa karena tidak jualan cenil,” tandasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah