Lingkungan Hidup

Kreatif, Anggota Polri di Lamongan Sukses Produksi Bonsai Kelapa

LAMONGAN, FaktualNews.co – Di tengah kesibukannya sebagai Anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Aiptu Agus Murjianto (42) warga Desa Tambakboyo, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, masih menyempatkan diri berkreasi membuat bonsai kelapa.

Hasil karyanya ini cocok menjadi salah satu koleksi hiasan untuk mempercantik suasana lingkungan rumah. Bonsai kepala tersebut, berbentuk buah kepala yang sudah muncul tunas, namun ditanam di pot, aquarium, batu dan media lain.

Agus Mudjianto mengaku, karya seni bernilai ekonomis ini berawal dari hobinya memanam dan membuat bonsai sejak kecil.

“Media tanam bonsai kelapa tidak harus pot berisikan tanah dan air. Tetapi bias di atas batu. Tergantung tema bonsai. Saat ini, saya mencoba untuk aquarium seperti taman gantung tempat bermain ikan. Karena akarnya besar dan keras, jadi tidak bisa di makan ikan,” kata Agus yang bertugas sebagai Panit Binmas Polsek Lamongan Kota, Minggu (9/8/2020).

Agus menjelaskan cara membuat pohon kelapa yang biasanya tinggi, namnun bisa jadi pajangan di atas meja. Menurutnya, prosesnya hampir sama dengan penunasan.

“Metode membuat bonsai kelapa sangat mudah dan sederhana. Namun dibutuhkan kesabaran. Kalau batu saya melihat dulu tema dulu, tebing dan gunung. Intinya batu tersebut memiliki rongga,” jelasnya.

Ada banyak jenis kelapa yang bisa dijadikan sebagai tanaman bonsai. Seperti, pohon kelapa gading merah, kelapa gading susu, dan kelapa albino. Dan bisa bertahan hidup 3 sampai 4 bulan, tergantung nutisi yang ada di batok kelapa, dan besar kecilnya bentuk.

“Pilih bibit bonsai kelapa yang sudah agak tua, karena akan lebih cepat tumbuh tunas baru. Jika tunas keluar kita hanya menunggu dan menata akarnya,” terang Agus.

Kemudian, katanya, sabut kelapanya dibersihkan ketika tunas kelapa sudah muncul. Dengan cara mengupas serabut berwarna coklat hingga mengitari batok sampai bersih.

Selanjutnya, adalah membersihkan bulu halus pada batok kelapa dengan menggunakan amplas.

“Selan cepat tumbuh tunas baru, batok kelapa yang tua lebih mudah dihaluskan, dan bentuknya kecil. Ini akan memudahkan ketika membentuk batangnya. Kemudian, letakkan bibit yang belum memiliki tunas pada media taman seperti tanah atau batu yang memiliki kandungan air,” papar Agus.

Setelah itu, dilakukan penjemuran sehari sampai seminggu. Lalu, direndam air sambil dibungkus kain basah, supaya tunas lebih cepat berkembang, harus selalu basah atau sering terkena air atau dijemur, tapi ditutup kain basah agar tunas cepat tumbuh dengan akar.

“Batok kelapa kemudian akan dikelilingi akar kecil untuk hidup awal. Fokus program akar, selama batang tidak kena air, tunas bonsai tidak akan mati,” sambung Agus.

Dari hobinya membuat bonsai kelapa, Agus mampu menambah pemasukan ekonomi keluarga dari pembeli yang tidak hanya di Lamongan, tapi juga luar kota.

“Bonsai kelapa biasanya saya jual sekitar Rp 200 ribu sampai Rp 500 ribu per bonsai, pelanggan ada yang dari Mojokerto hingga Madiun,” tuturnya.

Hanya saja, lanjutnya, media batok kelapa yang dibutuhkan tidak sama dengan kelapa yang berisi atau kelapa daging. Karena paling sulit adalah mencari kelapa Minion (kelapa kecil berbentuk oval). Untuk mendapatkan kepala jenis ini, Agus rela berburu hingga ke luar kota.

“Mencari kelapa minion saya sampai ke Blitar, karena akan dijadikan master bonsai,” pungkas Aiptu Agus Murjianto.