Ekonomi

Kisah Pilu Pengusaha Bendera Surabaya, Gigit Jari saat Pandemi Hingga Ditipu Oknum Partai

SURABAYA, FaktualNews.co – Perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang jatuh pada Bulan Agustus, menjadi momen paling ditunggu bagi pengusaha maupun pedagang bendera merah putih. Tak terkecuali mereka yang ada di Surabaya.

Akan tetapi, di masa pandemi Covid-19 sekarang ini, semarak agustusan sudah tak lagi dirasa seperti tahun-tahun sebelumnya.

Pengusaha dan para penjual bendera merah putih beserta pernak-perniknya pun gigit jari. Mereka mengaku mengalami penurunan penjualan secara drastis.

“Kalau biasanya ya sangat ramai, dari luar pulau dan sekitar sini. Kalau sekarang semua (pedagang) mengeluh penjualan turun, gara-gara Covid-19,” aku Abah Masrukan (65), warga Jalan Darmorejo IIIB, Surabaya. Pengusaha sekaligus pedagang bendera kepada FaktualNews.co, Rabu (12/8/2020).

Ia menyebutkan, saat pandemi ini permintaan bendera maupun pernak-pernik yang dibuatnya turun hingga 30 persen dari biasanya. Namun Masrukan tetap bersyukur, usahanya masih tetap memberikan untung walaupun sedikit.

Kendati wabah Covid-19 berimbas pada barang dagangannya, Masrukan tetap bisa menjalankan usahanya. Bahkan, tiga orang anak buahnya masih bisa dipekerjakan.

“Masih kerja, ada tiga orang itu,” katanya.

Kisah duka yang ia sampaikan soal penjualan seret di masa pandemi sebenarnya tidak seberapa. Pria asal Jepara Jawa Tengah ini juga mengaku pernah mengalami kisah pilu yang tak kalah menyedihkan dan menjadi pelajaran berharga bagi hidupnya.

Di suatu ketika, ia pernah mendapat orderan 10 ribu batang bambu dari oknum partai. Puluhan ribu batang bambu tersebut akan dipakai sebagai tiang bendera saat kampanye.

Tanpa berprasangka buruk, Masrukan menerima begitu saja orderan tersebut. Tidak ada perjanjian diatas kertas ataupun uang muka.

Namun setelah orderan itu dipenuhi, oknum partai tersebut tak kunjung mengambil pesanan. Alhasil, puluhan batang bambu yang susah payah Masrukan datangkan teronggok sia-sia didepan lapak dagangannya. Kerugian pun ditanggungnya.

Dari peristiwa itu, Masrukan merasa kapok. Ia bertekad tidak akan pernah mau berurusan lagi dengan acara partai. Walaupun sebenarnya masih saja ada banyak permintaan-permintaan menggiurkan dengan untung lebih.

“Nggak mau menerima pesanan bendera kampanye, sudah kapok saya,” tandasnya.

Dari kisah yang dialaminya, Masrukan menyampaikan, seseorang haruslah jujur dan senantiasa sabar ketika mendapat cobaan. Prinsip inilah yang akhirnya mengantarkan dirinya sebagai pengusaha bendera legendaris di Surabaya.

Sudah 33 tahun, bapak dengan empat orang anak ini menekuni usaha pembuatan pernak-pernik hari kemerdekaan. Bahkan, dari usahanya itu mampu mengantarkan Masrukan ke tanah suci serta mewariskan usaha serupa kepada anak-anaknya.

“Semua berdagang beginian, ada yang lebih besar. Di tempat lain,” tutupnya.