JOMBANG, FaktualNews.co – Agustus 2019 lalu, tim kesebelasan sepak bola desa di Jombang dikenal tingkat nasional. Pasalnya, salah satu SSB (Sekolah Sepak Bola) tingkat desa lolos dalam Liga Desa Nusantara (LDN).
Dibalik itu, tak disangka pelatihnya adalah hanya sebagai penjual kerupuk keliling yang bukan dari background pelatih.
Adalah Answar Muhammad (45) seorang penjual kerupuk keliling, namun mampu menjadi pelatih SSB Arselona Desa Plemahan, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang.
“Iya memang saya hanya penjual kerupuk keliling. Tapi karena panggilan jiwa, saya melatih sepak bola anak-anak. Waktu itu mulai tahun 2009 lalu saya buat tim SSB Arselona, “tuturnya kepada Diana Kusuma Negara dari KabarJombang.com Kelompok Faktual Media (KFM), Minggu (13/9/2020).
Atas pencapaiannya, dia tidak menyangka bisa sampai ke level nasional yang disebutnya hanya berangkat dari desa kecil.
Dimulai dari perjalanan kejuaraan LDN di Kabupaten dan Provinsi menjadi juara 1. Akhirnya bisa mewakili Jatim berlaga di tingkat nasional.
“Alhamdulillah bangga, gak nyangka juga soalnya kami dari desa kecil bisa sampai ke nasional. Hanya saja ada beberapa kendala yang waktu itu menghambat kami menjadi juara di tingkat Nasional,”ungkapnya.
Sekolah Sepak Bola (SSB) Arselona didirikan atas inisiatifnya sendiri dengan dana swadaya yang diusahakannya. Demikian ini setelah melihat salah satu anak pada waktu itu berkeinginan menjadi pemain sepak bola.
Dikatakan Answar Muhammad, sebenarnya dia tidak ada basic pelatih. Namun, dulu pernah jadi penjaga gawang.
“Karena salah posisi bola mbrosot ke gol dan saya ditertawain kok. Waktu itu pas ada anak ingin jadi pemain sepak bola spontan saya bilang, ya sudah ayo tak latih tapi kumpulkan teman-temanya juga,”jelasnya.
Hingga pada akhirnya sampai sekarang, Answar melatih anak didiknya yang ingin bermain sepak bola dengan SSB yang didirikannya. Setiap pertemuan dikenakan biaya Rp 2 ribu sebagai iuran jika diperlukan untuk kebutuhan latihan.
Answar sejak awal hanya berniat ingin melatih anak-anak agar bisa bermain bola. Apabila ada yang karirnya naik dan juara, adalah hasil kerja keras semuanya.
“Toh jika nantinya tidak mendapatkan hal itu, harapan saya dengan uang Rp 2 ribu, tidak menjadikan beban mereka. Karena di SSB lain saya lihat lebih dari Rp 2 ribu,”ujarnya.
Dalam masa pandemi ini, dikatakan Answar tidak melakukan latihan selama 6 bulan dikarenakan pembatasan aktivitas. “Ini hampir enam bulan tidak latihan karena masih corona. Tapi insya Allah kita akan mulai lagi latihannya dan apa yang saya cita-citakan terwujud,”harapnya.
Answar berpesan dengan berbekal pengalaman tidak berhasilnya menjadi juara LDN nasional. Untuk menjadikan tim sepak bola maju dan juara harus fokus terhadap tujuan prestasi tidak dengan hal lain termasuk materi.
Menurut pengalamannya, jika mau menang dan beprestasi dalam sepak bola, harus fokus untuk tujuan utama yaitu prestasi. Jika fokus sudah ke arah lain, sulit untuk menjadi juara.
“Selain itu, intervensi serta pengaruh orang dari luar juga harus diperhatikan. Karena itu bisa menjatuhkan bahkan merusak tujuan dari mencapai prestasi. Jadi jangan sampai fokus utamanya bukan prestasi,” kata Answar memumgkasi pembicaraannya. (Diana Kusuma Negara).