FaktualNews.co

Jasa Dokar di Taman Maramis Kota Probolinggo Mulai Menggeliat

Wisata     Dibaca : 1153 kali Penulis:
Jasa Dokar di Taman Maramis Kota Probolinggo Mulai Menggeliat
FaktualNews.co/Mojo
Rohman dengan dokar hiasnya, setelah menurunkan pengumpang di Taman Maramis Kota Probolinggo.

PROBOLINGGO, FaktualNews.co – Tak hanya Pedagang Kaki Lima (PKL), usaha jasa kuda di Taman Maramis Kota Probolinggo, kini menggeliat. Meski penghasilannya tidak sama seperti sebelum pandemic Covid-19, namun Rohman (38) sudah bisa bernafas agak lega.

Ditemui di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Maramis, Senin (28/9/2020) pukul 17.00 WIB. Rohman, tengah menurunkan penumpang. Ia baru saja mengantar pasangan suami istri (Pasturi) bersama 2 anaknya dengan dokarnya. Saat turun, si lelaki penumpangnya, menyerahkan uang Rp 20 ribuan ke kusir Rohman sebagai ongkos jalan-jalan.

Jika dikalkulasi, ternyata jasa antar dari Taman Maramis hingga pertigaan Jalan Gubernur Suryo, PP (pulang-pergi) tarifnya Rp 5 ribu per penumpang. Jarak tempuh rute tersebut kurang dari 1 kilometer. “Ya, itu ongkos satu kali perjalanan,” ujarnya.

Pemerintah setempat, kata Rohman, yang menentukan rute tersebut. Sebelumnya jalur yang ditempuh, start dari Taman Maramis lewat di jalan Slamet Riyadi menuju bundaran Gladag Serang (Glaser), memutar dan kembali ke start. Namun demi keamanan, Pemkot tidak mengizinkan dan dipindah ke rute yang saat ini dilalui.

Rohman menyebut, usaha dokar sudah lama dijalaninya, yakni jauh sebelum pendemi virus Corona, atau sekitar lebih dari setahun. Awalnya, lelaki yang tinggal di selatan Taman Maramis, Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran tersebut, melayani jasa angkut pengunjung RTH Maramis, dengan kuda.

“Keliling lewat SMAN 4 dan kembali ke sini. Ongkosnya Rp 10 ribu,” tambahnya.

Pekerjaan mendampingi penunggang kuda tersebut, sudah ditinggalkan. Setelah Rohman mampu membeli sebuah dokar yang kini sudah dihias beraneka asoseris dipadu lampu warna-warni. Pekerjaan tersebut saat ini diteruskan oleh kakak iparnya.

“Saya yang pertama kali. Lalu diikuti tetangga dan saudara. Sekarang ada 6 ekor kuda yang mengantri,” tambahnya.

Soal penghasilan dari bisnis antar jalan-jalan tersebut, Rohman mengaku, bisa menghidupi satu istri dan 2 anaknya. Pasca Martamis ditutup, penghasilannya terus naik, namun belum mendekati pendapatan sebelum pandemi Covid-19.

“Mending sekarang ketimbang saat bulan puasa hingga Maramis yang kemarin ditutup. Berangsur naik penghasilan kami,” tandasnya.

Jika sebelum pandemi membawa pulang Rp 150 hingga Rp 200 ribu, saat ini antara Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Sedang saat musim pandemi tiba hingga bulan puasa Ramadan kemarin, rata-rata penghasilannya tak lebih dari Rp 30 ribu. Hasil dari mempekerjakan tiga kudanya, kini Rohman memiliki 2 dokar dan satu andong (dokar seperti milik kraton yang banyak ditemui di Yogyakarta).

Rohman mengaku, menjalankan jasa ini di Taman Maramis mulai pukul 17.00 WIB hingga pengunjung Maramis sepi, sekitar pukul 21.30 WIB. Pagi hingga menjelang sore tidak bekerja, karena jam segitu di Taman Maramis, sepi.

“Jadi waktu satu hari, kami habiskan istirahat di rumah dan merawat kuda. Mencari rumput, memberi makan dan memperbaiki dokar kalau ada yang tidak enak,” tambahnya.

Tak hanya di Taman maramis, terkadang dokar dan andong Rohman mendapat order kawinan atau sunatan. Bahkan, perayaan hari besar serta karnaval ke luar daerah sering diikuti. Untuk sewa dokar andong, tarifnya Rp 1,5 juta, dokar hias biasa Rp 500 ribu, sedang kuda kencak Rp 300 ribu setiap hari.

“Kalau ada order hajatan atau acara lainnya, kami libur di Taman Maramis,” sambungnya.

Usaha kuda dan dokar, lanjut Rohman, diwarisi orang tuanya yang kuda kencaknya sering tanggapan ke luar daerah, terutama musim pernikahan atau sunatan.

Pria beranak dua ini mengaku, membeli dokar tidak terlalu mahal. Ia membeli dokar yang sudah tidak dipakai dan sedikit demi sedikit membeli kelengkapan dan asesorisnya. Bahkan, andong yang berukuran besar sidah dilengkapi sound system.

Saat ditanya berapa kira-kira harga andongnya jika dijual, Rohman menjawab bisa laku Rp 60 juta. Hanya saja, ia tidak akan menjual barang yang memberinya kehidupan tersebut, berikut dengan dokarnya. Bahkan kalau perlu jumlahnya akan ditambah.

“Nggak kami jual. Karena penghasilan kami dari kuda dan dokar ini,” pungkasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Arief Anas