Mengenal Diabetes Insipidus dan Perbedaannya dengan Diabetes Melitus
SURABAYA, FaktualNews.co – Diabetes insipidus merupakan suatu kelainan yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh, sehingga membuat pengidapnya jadi sering ingin buang air kecil dan memiliki rasa haus yang berlebihan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan waktu tidur malam pengidap menjadi terganggu, bahkan pengidap dapat mengompol.
Diabetes insipidus memiliki gejala yang mirip dengan gejala diabetes melitus, tapi penyebab kedua jenis penyakit tersebut berbeda.
Diabetes mellitus disebabkan oleh masalah hormon tertentu dan kadar gula darah yang tinggi. Sedangkan diabetes insipidus disebabkan oleh masalah dipengaruhi kerja hormon dan ginjal terhadap urine.
Faktor Risiko Diabetes Insipidus
Faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes insipidus adalah jenis kelamin laki-laki dan genetik.
Penyebab Diabetes Insipidus
Penyebab diabetes insipidus adalah ketidakmampuan tubuh dalam menyeimbangkan kadar cairan tubuh dengan baik.
Normalnya, tubuh dapat mengatur keseimbangan antara cairan yang diminum dengan banyaknya urine yang diproduksi. Cairan yang berlebih dalam tubuh akan dikeluarkan ginjal dalam bentuk urine.
Jika terjadi dehidrasi, kelenjar hipofisis akan mengeluarkan hormon anti-diuretik (ADH) ke ginjal untuk menahan cairan dalam tubuh dan mengurangi produksi urine.
Berdasarkan penyebabnya, diabetes insipidus dibagi menjadi:
• Diabetes insipidus sentral, yaitu kondisi yang disebabkan karena adanya kerusakan kelenjar hipotalamus atau hipofisis, sehingga menyebabkan gangguan penyimpanan dan pengeluaran ADH. Kerusakan ini dapat terjadi akibat operasi, tumor, meningitis, kelainan genetik, atau trauma kepala.
• Diabetes insipidus nefrogenik, yaitu kondisi yang disebabkan karena adanya kelainan pada tubulus ginjal (tempat di mana air dikeluarkan dan dipertahankan), akibat kelainan genetik, penyakit ginjal kronik, atau konsumsi obat tertentu.
• Diabetes insipidus gestasional, yaitu kondisi yang terjadi selama kehamilan dan bersifat sementara.
• Polidipsia primer atau disebut juga diabetes insipidus dipsogenik atau polidipsia psikogenik, adalah kondisi yang menyebabkan produksi sejumlah besar urine encer akibat mengonsumsi banyak cairan.
Polidipsia primer juga bisa disebabkan oleh kerusakan mekanisme pengaturan haus di hipotalamus. Kondisi ini juga sering dikaitkan dengan kondisi mental, seperti skizofrenia.
Gejala Diabetes Insipidus
Secara umum, diabetes insipidus ditandai oleh gejala-gejala sebagai berikut:
- • Rasa haus yang berlebihan.
- • Pengeluaran urine yang sangat banyak, dapat mencapai 15 liter jika pengidap mengonsumsi cairan dalam jumlah banyak.
- • Waktu tidur malam menjadi terganggu lantaran harus sering bangun untuk buang air kecil.
- • Sering mengompol.
Pada pengidap anak-anak, gejala dapat berupa:
- • Tangisan yang tidak dapat ditenangkan.
- • Sulit tidur.
- • Demam.
- • Muntah.
- • Diare.
- • Pertumbuhan terhambat.
- • Berat badan turun.
- • Mengompol.
- • Napsu makan turun.
- • Rasa lelah terus-menerus.
Diagnosis Diabetes Insipidus
Untuk mendiagnosis diabetes insipidus, dokter biasanya akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
• Tes deprivasi air. Pada tes ini, pengidap tidak diperbolehkan mengonsumsi cairan selama beberapa jam untuk melihat reaksi tubuhnya.
Pada orang yang sehat, jumlah urine yang dikeluarkan sedikit, dengan konsentrasi yang lebih pekat. Sedangkan pada pengidap diabetes insipidus, jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak dan lebih encer.
• Tes darah dan tes urine. Tujuan tes darah dilakukan adalah untuk mengetahui kadar hormon antidiuretik di dalam darah. Sedangkan tes urine dilakukan untuk mengetahui adanya beberapa unsur lain, seperti glukosa, kalsium, dan potasium. Jika kadar glukosa tinggi, artinya orang tersebut mengidap diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2.
• Tes hormon antidiuretik. Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan hormon diuretik pada tubuh untuk mengetahui reaksinya. Jika hormon yang disuntikkan membantu menghentikan produksi urine, berarti gangguan terdapat pada kelenjar hipotalamus atau hipofisis. Namun, jika urine yang diproduksi tetap banyak, berarti gangguan terdapat pada ginjal.
• MRI dilakukan jika terdapat dugaan kerusakan pada hipotalamus atau hipofisis dan untuk mencaritahu penyebab kerusakan tersebut, misalnya karena tumor.
Komplikasi Diabetes Insipidus
Komplikasi yang bisa terjadi akibat diabetes insipidus, antara lain gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh serta dehidrasi.
Pengobatan Diabetes Insipidus
Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi diabetes insipidus sentral:
• Meningkatkan konsumsi cairan untuk mencegah dehidrasi.
• Pemberian hormon antidiuretik buatan, yang cara kerjanya serupa dengan hormon antidiuretik tubuh, yaitu dengan menghentikan produksi urine berlebih dari ginjal saat jumlah cairan dalam tubuh rendah.
Sedangkan cara untuk mengobati diabetes insipidus nefrogenik, antara lain:
• Menjaga asupan cairan untuk mencegah dehidrasi.
• Menghentikan konsumsi obat-obatan yang diduga menjadi penyebab diabetes insipidus dan menggantinya dengan obat-obatan lain yang lebih aman tapi fungsinya sama.