PASURUAN, FaktualNews.co – Dengan mengenakan masker dan berjarak satu sama lain, warga Suku Tengger di Desa/Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, di masa pendemi virus Corona ini tetap menggelar Ritual Hari Raya Karo, yang jatuh pada 27 Agustus hingga 10 Septermber.
Meski tak seperti tahun sebelumnya, ritual dilaksanakan. Warga tetap mematuhi apa yang dianjurkan oleh dukun (tokoh adat) untuk memakai masker, cuci tangan dengan sabun di air mengalir dan jaga jarak. Mereka datang berdoa sesuai dengan keyakinan Hindu Tengger, meminta agar Virus Corona hilang di muka bumi.
Ratusan warga Brang Kulon dari 14 desa, wajib mencuci tangan dan diberi hand sanitizer serta harus bermasker dan menjaga jarak saat memasuki Pendopo acara. Mereka pun bergiliran memasuki acara. Tak hanya itu, para penari Sodor, hanya diberi kesempatan tampil selama 10 menit untuk tiap peserta.
Menurut Dukun Brang Kulon, Eko Warnoto mengatakan, ritual Karo merupakan tradisi yang harus dilaksanakan oleh Suku Tengger.
“Ritual karo sebagi wujud rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terciptanya cikal bakal manusia. Harapannya mudah-mudahan pandemi covid segera berlalu,” katanya usai mengikuti upacara.
Karo dilaksanakan memasuki bulan kedua Kalender Tengger atau dua bulan pasca upacara Yadnya Kasada. Upacara ini didahului dengan tradisi Mblara, yang menampilkan Tari Sodor, tarian yang dibuka terlebih dulu oleh para sesepuh Suku Tengger. Tiap penari, membawa tongkat Bambu Wuluh berjumlah 12.
Jumlah 12 menandakan 12 bulan dengan diiringi Gamelan Jawa. Meski demikian sebuah tarian disakralkan masyarakat Suku Tengger yang menggambarkan hubungan suami istri leluhur Suku Tengger, sebagai cikal bakal manusia di lereng Gunung Bromo. Yakni adanya Roro Anteng dan Joko Seger.