LUMAJANG, FaktualNews.co – Ribut-ribut soal anjloknya harga tembakau pada musim panen 2020 ini, DPC Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Lumajang menyebut ada 3 hal yang dianggap menjadi penyebabnya.
Ketua Ketua APTI Lumajang Dwi Wahyono, mengatakan petani tembakau terbelenggu dengan regulasi pemerintah terkait cukai dan impor. Kenaikan tarif cukai rokok sebesar 23 persen berdampak pengurangan daya beli pabrik yang kemudian efeknya mengurangi harga beli kepada petani.
Permasalahan kedua menurutnya adalah datangannya tembakau dari luar negeri yang tidak terukur dengan hasil panen masyarakat petani tembakau.
“Regulasi yang kurang berpihak kepada kita,” kata Dwi sambil melihat tembakau rajang di atas penjemuran di samping kiri kantor DPC APTRI Lumajang, Jumat (02/10).
Selain itu menurut Dwi yang mempengaruhi pendapatan petani tembakau informasi BMKG adanya kemarau basah, dengan kondisi tersebut kualitas tembakau yang dipanen petani tidak seperti yang diharapkan.
“Faktor utama adalah cuaca. Ketika cuaca ini kurang mendukung otomatis kualitas yang diperoleh petani ini kurang bagus”, kata Dwi sambil mengajak melihat pekerja yang melakukan pemilahan daun tembakau.
Masyarakat petani tembakau di Lumajang di jelaskan Dwi, dengan adanya kemitraan dengan tiga perusahaan mempermudah penjualan namun dengan aturan yang sudah ditentukan perusahaan masing-masing SOP nya, salah satu contohnya pengunaan pupuk kimia tidak melewati aturan bila itu dilanggar sanksi bisa hasil panennya tidak di beli.
Di kabupaten Lumajang sekitar 1.000 hektar tanaman tembakau yang tersebar di wilayah kecamatan Yosowilangun, Kunir, Tempeh, Tekung, Sumbersuko, Pasirian, Pasrujambe dan Candipuro, dari sekian kecamatan itu ada empat jenis tembakau yang di tanam petani, yaitu white barley, kasturi krosok, kasturi rajang dan tembakau jawa lokal.
Dwi tidak mengelak ditanya adanya tren sejumlah kalangan perokok yang melinting tembakau. Dia menyebut itu justru sebagai bentuk penyesuaian jika benar-benar cukai rokok sudah tidak di subsidi perusahaan.
“Ada upaya penyesuaian kebiasaan beralih ke melinting tembakau, bila tetap bergantung rokok pabrikan tentu membengkak pengeluarannya,” pungkas Dwi.
Ditambahkan Ketua petani tembakau ini, dengan kondisi saat ini yang berada di tengah pendemi Corona (Covid-19) akan terasa kenaikan cukai itu membeli rokok utamanya masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah.