NGAWI, FaktualNews.co – Menghabiskan waktu di balik tembok tinggi di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II B Ngawi bukan hal mudah. Berat semakin terasa ketika terjadi terjadi Pandemi Covid 19, banyak aturan yang berubah dan diperketat. Salah satunya terkait kunjungan.
Dalam rangka mengurangi rasa bosan dan kejenuhan bagi warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang berlokasi di depan Alun-alun Ngawi, petugas menyiapkan sejumlah kegiatan yang positif untuk hiburan dan pengembangan kapasitas atau skill. Salah satunya adalah kegiatan merajut dari benang nylon.
“Memang mulai terjadi pandemi ada pembatasan yang harus diterapkan termasuk waktu kunjungan sudah ditiadakan. Kita hanya memfasilitasi melalui HP (handphone) yang ada dan kita hanya menyediakan 3 HP,” terang Ervans Bahrudhin Mulyanto KPLP Lapas Ngawi, Minggu (4/10/2020).
Disela-sela kegiatan kerohanian maupun kegiatan rutin di dalam Lapas kelas II B Ngawi, jelas Ervans, para warga binaan kaum hawa tersebut mengisi waktu luang dengan merajut dengan berbagai jenis hasil karya, misalnya tas untuk menyimpan telepon genggam dan tas berbagai bentuk dan ukuran.
Pendampingan keterampilan dalam mengisi waktu luang bagi napi wanita tersebut langsung dibina oleh salah satu petugas Lapas Ngawi, yakni Devi Pujiastutik.
“Tujuan kita selain untuk mengisi waktu juga salah satunya memberikan bekal ketrampilan bila suatu saat sudah bebas dapat menjadikan hasil karyanya menghasilkan,” jelas Devi Pujiastutik pada FaktualNews.co.
Kegiatan yang dinahkodai Hendro dan diikuti 25 napi wanita warga binaan Lapas tersebut dinilai sangat membantu dalam mengisi hari-hari di balik tembok tinggi lapas Ngawi semenjak terjadi Pandemi.
Pembatasan kunjungan yang memperberat hidup para warga binaan, relatif bisa dikurangi dengan cara mengisi waktu luang dengan memainkan jarum dan benang nylon untuk membuat karya rajutan.
Salah saorang warga binaan asal Sidoarjo, Marko, mengaku kesibukan merajut dan senda gurau selama berkegiatan itu bisa menjadi hiburan untuk mengalihkan perhatian.
“Dengan merajut ini dapat mengalihkan pikiran kita pada rumah apalagi saya juga punya anak usia 2 tahun. Dengan merajut paling tidak membuat kita melupakan yang di luar,” urai Marko salah satu warga binaan pada Faktualnews.co.
Hasil dari berkegiatan merajut itu, selain bisa dijual secara terbatas untuk cendera mata, keterampilan yang sudah diperoleh juga diharapkan mampu menopang ekonomi warga binaan selepas dari Lapas.