Ekonomi

Petani di Jember Dapat Tambahan Stok Pupuk Subsidi

JEMBER, FaktualNews.co – Para petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengaku sedikit bernapas lega, setelah pemerintah pusat menambah stok pupuk subsidi.

Namun demikian, terkait penambahan stok pupuk subsidi ini sayangnya tidak diikuti dengan pembaharuan data pada elektronik-Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) petani.

Sehingga tidak semua petani di 31 kecamatan se – Kabupaten Jember mendapat jatah tambahan stok pupuk subsidi itu.

“Pola penyalurannya kan mengacu pada e-RDKK yang sudah masuk, jadi ada beberapa kecamatan yang karena alokasinya sudah habis, tidak dapat tambahan alokasi (tambahan pupuk subsidi),” kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Cabang Jember Jumantoro saat dikonfirmasi wartawan di Gedung DPRD Jember, Jawa Timur, Selasa (13/10/2020).

Dengan kondisi tersebut, Jumantoro berharap adanya kebijakan dari pemerintah pusat, untuk kemudian dilakukan pembaharuan data e-RDKK petani tersebut.

“Bagaimana petani yang belum masuk e-RDKK itu bisa terlayani dengan pupuk subsidi. Sehingga kami mohon ada kebijakan pemerintah pusat untuk mengakomodir,” katanya.

Apalagi nanti pada akhir tahun 2020 ini, adalah masa menghadapi musim hujan. Kata Jumantoro, pada saat itu butuh pupuk.

Namun demikian Jumantoro masih tetap merasa bersyukur. “Karena adanya tambahan pupuk subsidi ini, mengobati kegundahan para petani di Jember,” ucapnya.

Terkait jumlah tambahan pupuk subsidi yang diterima petani di Jember, secara rinci Jumantoro menyebutkan diantaranya. Pupuk Urea tambahan 12.271 ton, Pupuk Sp 36 tambahan 315 ton, Pupuk Za tambahan 5.460 ton, Pupuk Npk dikurangi 859 ton, dan Pupuk Organik tambahan 3.038 ton.

Lebih jauh Jumantoro mengatakan, para petani yang mendapatkan tambahan stok pupuk subsidi itu, juga harus mengisi formulir tambahan yang diketahui oleh penyuluh dan kelompok tani.

“Ini ribet juga, karena kan tidak langsung (memberikan) pupuk itu. Tolonglah ada kebijakan karena apalagi saat ini adalah masa pemupukan, jadi jangan terlalu ribet prosesnya. Apalagi soal kartu tani itu, kam rasa kurang efisien mungkin bisa dipertimbangkan lagi penggunaannya,” kata Jumantoro.

“Memang kita bersyukur ada tambahan pupuk subsidi ini, tapi sebaliknya ini juga terlambat. Terpaksa petani ada yang tidak memupuk tanamannya, ada yang beli non subsidi. Sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh pada hasil panennya atau produktifitas nanti,” imbuhnya.