Hasil Riset, Pria Peselingkuh Umumnya Ber-IQ Jongkok
SURABAYA, FaktualNews.co – Sebuah riset yang dilakukan Satoshi Kanazawa, seorang psikolog evolusioner dari London School of Economics and Political Science, menemukan, bahwa semakin cerdas seorang pria, akan semakin kecil kemungkinannya ia akan berselingkuh dari pasangannya.
Salah satu alasannya, karena pria-pria yang memiliki IQ tinggi lebih menghargai aspek ekslusivitas seksual dan hubungan monogami itu sendiri, daripada mereka yang hobi selingkuh.
Kanazawa berteori, seperti dilansir HelloSehat, bahwa hubungan antara kecerdasan laki-laki dan kecenderungannya untuk berselingkuh berakar dari perkembangan evolusi manusia. Di zaman prasejarah, seks hanya dianggap sebagai kebutuhan biologis murni untuk menghasilkan keturunan sebanyak-banyaknya.
Monogami di zaman kuno tidak akan memberikan banyak keuntungan bagi kelangsungan keturunan si pria, karena memiliki istri cukup satu tidak dapat memastikan si kepala keluarga untuk memiliki anak, jika dilihat dari proses persalinan anak yang masih cukup tertinggal.
Kemampuan untuk setia menjalani hubungan monogamis dinilai oleh tim peneliti sebagai tonggak peradaban manusia modern yang menandakan manusia sudah lebih berkembang dan lebih cerdas.
Orang-orang yang cerdas akan bersikap lebih terbuka terhadap ide-ide dan pemikiran baru. Laki-laki yang cerdas memahami benar bahwa untuk melestarikan garis keturunan dan mendapatkan kepuasan seks tidak lagi harus lewat berpoligami atau mencari perempuan lain, karena jumlah populasi wanita dan juga angka harapan hidup anak yang tentunya semakin meningkat dibandingkan selama zaman prasejarah.
Pacar dan suami selingkuh dinilai memiliki IQ yang lebih jongkok daripada pria lainnya karena mereka dianggap gagal untuk beradaptasi dengan evolusi manusia modern. Karena untuk bisa beradaptasi dengan setiap perkembangan yang ada, manusia memerlukan kecerdasan kognitif yang mumpuni untuk memungkinkannya mampu membaca segala situasi dengan berpikir secara logis. Jika Anda bukan seorang pemikir ulung, Anda cenderung untuk melakukan sesuatu tanpa pikir panjang dan move on secepat kilat.
Ketika terbutakan oleh nafsu, gairah seksual membuat Anda jadi memiliki kurang kontrol diri. Laki-laki dilaporkan menunjukkan kecenderungan impulsif dan kemauan yang lebih besar untuk membuat keputusan berisiko, seperti untuk berselingkuh.
Itu yang membuat pria “kurang cerdas” mungkin cenderung lebih cuek tentang dampak kerusakan yang mungkin timbul dari perselingkuhannya sehingga mereka mampu mengesampingkan rasa bersalah.
Menariknya lagi, menurut teori Kanazawa, hubungan antara kesetiaan dan kualitas kecerdasan tidak berlaku untuk perempuan. Ini karena kaum Hawa akan selalu diharapkan untuk setia kepada satu pasangan — bahkan dalam masyarakat poligami sekalipun.
Namun demikian, penelitian di atas, menurut Marty Babits, petugas sosial dan penulis The Power of the Middle Ground: A Couple’s Guide to Renewing Your Relations, tidak mempertimbangkan nilai sebuah hubungan yang berakar dari kerumitan masalah psikologis yang pada umumnya tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang.
Selain atas alasan mencari kepuasan birahi, ada banyak pula pria yang berselingkuh dengan alasan trauma masa kecil yang berkaitan dengan penelantaran atau penolakan, juga balas dendam pernah dilukai hatinya dulu.
Trauma membuat mereka mengalami tekanan dan kecemasan berat untuk mencari kedekatan dengan dengan seorang perempuan dan merasa dicintai oleh orang lain. Ini merupakan perwujudan dari ketakutan dan masalah kepercayaan yang jauh lebih rumit dari sekadar alasan selingkuh “mainstream”.
Penelitian ini juga cenderung melebih-lebihkan situasi, tandas Daniela Schreider, psikolog klinis dan asisten dosen di Chicago School of Professional Psychology. Menurutnya, banyak pria-pria cerdas yang juga hobi berselingkuh. Tengok saja John F. Kennedy, presiden AS yang selingkuh dengan sekretarisnya atau Tiger Woods yang berselingkuh dengan rekan pemain golf.
Lanjut Schreider, pria yang lebih cerdas tampak lebih jarang berselingkuh (padahal mungkin sama saja), mungkin lebih didasari oleh kesempatan tertangkap basah yang jauh lebih kecil berkat kecerdasannya yang membuat mereka lebih lihai dalam memutar otak dan membaca setiap potensi situasi yang membahayakan bagi dirinya.