Nasional

Tahukan Anda: Sosok Kyai Amin, Pemimpin Laskar Hisbullah yang Namanya Diabadikan Sebagai Jalan di Lamongan

LAMONGAN, FaktualNews.co – Nama KH Muhammad Amin Musthafa atau yang akrab disapa Kyai Amin tak asing bagi masyarakat di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Karena, nama tersebut tertuju pada sebuah jalan kantor PCNU, PWI Kabupaten Lamongan dan musala tua di kota soto yang bernama Langar Kyai Mastur.

Tapi tahukah Anda siapa sosok Kyai Amin. Ia merupakan alumni santri dari Pondok Pesantren (ponpes) Tebuireng Jombang, juga merupakan seorang ulama sekaligus pendiri pondok pesantren (ponpes) Tunggul Lamongan di masa penjajahan.

Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lamongan, Imam Ghazali menceritakan, Kyai Amin adalah seorang pejuang dalam menjaga kemerdekaan bangsa Indonesia. Kemampuan akademik, keunggulan hingga semangat keberanian yang dimiliki Kyai Amin dalam mengusir penjajah Belanda untuk revolusi jihad memanggilnya bersama saudaranya KH Ahmad Muhtadi Musthofa, saat mengusir penjajah Belanda.

“Dia memiliki semangat heroik untuk mengusir penjajah Belanda selepas menjalani pendidikan di Ponpes Tebuireng Jombang. Bahkan banyak santri yang berusaha mencari ilmu yang dikuasai Kyai Amin sejak di pesantren, baik ilmu agama maupun ilmu kanuragan,” tuturnya.

Putra ketujuh dari KH Musthofa Kranji Kecamatan Paciran, lanjut Ghozali menambahkan. Beliau terkenal kebal atas senjata apapun, sehingga untuk melumpuhkannya sangat sulit bahkan sering tidak terlihat oleh kasat mata.

“Keahlian dan keberanian Kyai Amin melawan penjajah Belanda menjadikannya diangkat sebagai pemimpin Hisbullah (Laskar Perjuangan). Dan tugasnya mempertahankan Lamongan dari serangan Belanda, tepatnya Surabaya wilayah utara,” jelasnya.

Kyai Amin akhirnya ditangkap bersama enam orang anak buahnya dan ditembak mati tapi tekatnya dalam mengusir agresi penjajah Belanda cukup membuktikan keberanian dan dedikasinya kepada bangsa dan negara ini.

“Cucu dari Kyai Abdul Karim Tebuwung Gresik ini meninggal dunia pada tanggal 10 Nopember 1945, ditembak oleh pasukan penjajah setelah mengumandangkan adzan di wilayah Lamongan,” kata Ghozali.

Kyai Amin adalah sosok kyai muda yang dedikasinya bagi negeri dalam mengusir penjajah tidak dapat diragukan lagi, apalagi kemampuan dan kematangan dalam segi akademik juga yang luar biasa. “Beliau mampu menghafal Al-Qur’an dalam waktu sebulan. Tak hanya itu Kyai Amin yang pernah belajar di timur tengah juga menguasai beragam kitab kuning warisan pendahulunya,” tuturnya.

Maka dari itu, kematangan akademik yang melampaui banyak orang dimasanya, Kyai Amin juga dipercaya oleh ayahnya KH. Musthofa menjadi pengasuh Ponpes Kranji yang saat ini dikenal dengan nama Tarbiyatut Tholabah. “Semasa kehidupannya, Kyai Amin telah meninggalkan lembaga pesantren dan pendidikan didalamnya yang terus berkembang yakni Ponpes Tunggul,” pungkas Ghozali.