Ekonomi

Bisnis Baju Sepi karena Pandemi, Warga Blitar Ini Sukses Berkebun Hidroponik

BLITAR,FaktualNews.co-Gegara jualan baju sepi akibat pandemi Covid 19, David Sugianto (43), warga Jalan Mastrip, Kelurahan Kepanjen Kidul Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar banting setir mengembangkan tanaman sayuran dengan teknik hidroponik.

Tak menyangka, justru usaha barunya di atas lahan 10 × 12 meter yang ini mendatangkan rezeki lumayan besar. David Sugiono, pemilik tanaman hidroponik mengatakan, ide tersebut bermula saat berjualan baju di tokonya sepi akibat pandemi corona.

Lalu ia mempunyai ide menanam sayur sayuran hidroponik setelah melihat youtube. “Ide menanam sayuran hidroponik itu muncul ketika awal corona. Pada saat itu toko saya sepi, dalam seminggu tidak ada yang beli. Lalu saya melihat lihat di youtube dan akhirnya saya coba,” kata David, Minggu (1/11/2020).

David menambahkan, mulai menanam sayuran hidroponik itu sejak awal April lalu. Pada saat itu corona sangat menakutkan. Bahkan pada saat itu bukan semua sektor terdampak.

Ketika itu lah, setelah belajhar dari youtube dia melakukan mulai berkebun dengan sistem hidroponik.

“Sedikitnya ada 15 jenis sayur yang saya tanam. Mulai sawi, selada, hingga kangkung,” terangnya.

Menurut dia, proses penanaman sistem hidroponik itu tidak selalu berjalan mulus. Beberapa kali dirinya sempat gagal panen. Hasil yang diharapkan tak sesuai yang diharapkan.

“Tapi saya mencoba berahan. Saat saya terus belajar dan belajar hingga saya dapat ilmunya,” ujarnya.

Dia mengungkapkan, menanam sayur dengan sistem hidroponik itu ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Masing-masing tahapan membutuhkan perhitungan matang.

Mulai dari penyemaian bibitnya, pengaturan nutrisinya, sistem pengairannya, mengecek kadar PH air, hingga mengatur tingkat kelembapan udaranya.

“Jadi semua perlu perhitungan yang matang. Jika setiap tahapan dilakukan dengan tepat maka sayuran yang dihasilkan juga berkualitas baik,” jelasnya

Bisnis sayuran organik dengan sistem hidroponik bisa dibilang memang menggiurkan hasilnya. Itu jika memang digeluti dengan serius. Namun jika asal-asalan tanpa pengetahuan mumpuni, bukannya untung malah buntung.

David mengaku, setiap sebulan sekali dirinya bisa memanen sayurnya. Entah itu kangkung, sawi dan sayur lainnya. Dia menjual sayurannya itu dengan harga berkisar Rp 7 ribu hingga Rp 15 ribu per ikat. “Tergantung jenis sayurannya,” katanya.

Jika dalam kondisi normal, artinya perawatan tanaman dilakukan secara benar, rata-rata bisa memanen sekitar 1 kuintal sayuran per bulan. Omzetnya berkisar Rp 5 hingga 6 juta per bulannya.