Pilpres Amerika di Bawah Bayang-Bayang Virus Corona
WASHINGTON, FaktualNews.co – Amerika menyelenggarakan pemilihan umum yang memilih antara Presiden Donald Trump dari Partai Republik dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat, Selasa (03/11/2020) waktu setempat.
Pemilu kali ini banyak disebut sebagai pemilihan presiden paling berpengaruh, karena dibayangi oleh wabah virus corona, kelesuan ekonomi, ketegangan rasial dan perasaan bahwa masa depan demokrasi tengah dipertaruhkan.
Dilansir DW Indonesia, warga AS yang berhak memberikan suara mereka berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara di seluruh negeri. Mereka telah mengantre bahkan sebelum matahari terbit untuk memberikan suara mereka pada hari H pemilu.
Para pemilih ini mengantre dengan berdiri pada jarak aman dalam barisan yang mengular di sekitar sekolah, stadion, dan gereja. Beberapa dari mereka bahkan ada yang rela berkendara selama 5 jam untuk bisa memberikan suaranya.
Berdasarkan lembaga survei AP VoteCast, para pemilih kemungkinan menyebut krisis kesehatan masyarakat sebagai masalah bangsa yang paling penting, diikuti oleh masalah ekonomi. Ada lebih sedikit pemilih yang menyebutkan keprihatinan akan masalah perawatan kesehatan, rasisme, penegakan hukum, imigrasi, atau perubahan iklim.
Setelah delapan bulan dilanda wabah corona dan dengan 232.000 kasus kematian, para kandidat menghadapi pemilih yang tidak puas. Banyak pemilih mengatakan mereka secara pribadi telah terpengaruh oleh virus itu. Sekitar 6 dari 10 responden mengatakan bahwa negara mereka sedang berjalan menuju ke arah yang salah.
Pemilih khawatirkan keadaan ekonomi
Virus corona dan keadaan ekonomi menjadi prioritas utama bagi sekitar setengah pemilih AS dalam memberikan suaranya, demikian menurut jajak pendapat Edison Research, Selasa (03/11/2020).
Dua dari 10 pemilih mengatakan COVID-19 adalah masalah terpenting bagi mereka saat memutuskan pilihan presiden mereka. Di Amerika, wabah corona telah menginfeksi lebih dari 9,4 juta orang pada tahun ini dan menewaskan lebih dari 230.000 orang. Sementara tiga dari 10 pemilih menyebutkan bahwa masalah ekonomi sebagai faktor utama.
Edison mengumpulkan jajak pendapat dari exit polls dan hasil pemilu secara langsung untuk konsorsium media National Election Pool. Survey ini menemukan bahwa empat dari 10 orang berpikir bahwa upaya negara itu untuk menahan sebaran virus corona “sangat buruk”.
Karena banyaknya jumlah suara yang masuk,hasil pemilu kali ini kemungkinan tidak bisa dipastikan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Pasar saham global melonjak
Pasar juga ikut bereaksi terhadap agenda politik dari AS. Pada Selasa (03/11/2020) saham global melonjak namun dolar melemah.
Para pemilih mempertimbangkan empat tahun masa jabatan Donald Trump sebagai presiden. Pebisnis ini memimpin ekonomi AS yang berkembang pesat dengan rekor pengangguran terendah, namun tiba-tiba berakhir akibat pandemi corona yang menyerang AS mulai Maret 2020.
Para pemain di pasar saham melihat kontestasi pemilu sehubungan dengan dampaknya dan tanggapan AS terhadap pandemi. Mereka mempertimbangkan adanya kemungkinan bahwa perubahan politik di AS dapat berpengaruh dalam sikap Kongres dan Gedung Putih apakah akan menyetujui paket stimulus ekonomi baru.
“Alasan utama mengapa kemenangan Biden sangat diharapkan dari perspektif pasar, adalah bahwa adanya ‘gelombang biru’ – yaitu Demokrat secara krusial menduduki Senat – akan melihat rencana stimulus yang jauh lebih besar daripada apa pun yang bisa diajukan oleh Partai Republik,”kata analis Connor Campbell dari Spreadex.
Namun demikian, nilai dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya, yang mencerminkan ekspektasi para investor akan adanya lebih banyak uang stimulus. Harga minyak juga ikut melonjak lebih tinggi. Investor juga berharap pertarungan untuk menuju Gedung Putih akan dapat diputuskan dengan cepat.