JOMBANG, FaktualNews.co – Dugaan markup serta pungli program bantuan bedah rumah dari Pemerintah Pusat di Desa Sidomulyo, Kecamatan Megaluh, Jombang, diungkap penerima, Jumat (6/11/2020).
Menurut sejumlah penerima program bantuan bedah rumah di Desa Sidomulyo, Megaluh, mengaku dimintai tambahan biaya. Mereka juga menduga harga bantuan yang diturunkan dalam bentuk material bahan bangunan ini tak wajar. Sebab, harganya jauh lebih mahal dari harga di pasaran.
Salah satu sumber penerima bantuan yang mewanti-wanti namanya tak disebutkan ini mencontohkan, harga batako mencapai Rp 4,5 juta per seribu buah. Padahal, harga normalmya hanya berkisar Rp 3,5 juta atau sekitar Rp 3.500 per biji.
Selain itu, harga satu rit pasir yang normalnya berkisar Rp 600 ribu, namun dalam RAP (Rencana Anggaran Biaya) yang mereka terima tercatat Rp 1,75 juta untuk 7 kubik pasir atau sebanyak 2 rit.
“Dimintai Rp 2,6 juta, ada yang Rp 2 juta, semen dapat 20 sak, batako seribu,” ujar salah satu sumber penerima bantuan, saat ditemui di balai desa Sidomulyo.
“Harganya juga dinaiikan jauh, makanya uangnya jadi nggak cukup untuk material bangunan,” ungkapnya.
Pihak Desa: Belum Ada yang Laporan Pugli
Sementara, Kepala Desa Sidomuyo, Sunyoto mengaku tak mengetahui perihal pungutan biaya tambahan tersebut. Sebab, program bernama Bantuan Stimulus Perumahan Swadaya (BSPS) tersebut langsung turun dari Kemenpera kepada masing-masing penerima bantuan.
Namun demikian, biaya yang dikeluarkan masyarakat penerima bantuan ini mungkin saja bisa terjadi atas kesadaran mereka sendiri yang ingin menambah kualitas rumah menjadi sempurna. Sebab kata dia, setiap rumah kondisinya tak sama.
“Secara teknis saya tidak bisa menjelaskan, sebab ini bukan anggaran desa, TPK yang seharusnya menjawab ini, tapi ini informasi yang belum tentu benar dari orang-orang tak bertanggung jawab, namun karena biaya dari pemerintah hanya Rp 17 juta, mungkin uang ini bisa saja mereka berikan karena tingkat keruwetan masing-masing rumah kan tidak sama, bayangkan saja uang Rp 17 juta apa bisa jadi rumah kalau tidak ditambah dengan biaya lain,otomatis mereka harus menambah sendiri,” terangnya.
Di Desanya ada 25 warga yang mendapat bantuan yang turun melalui program Jaring Aspirasi Masyarakat (Jasmas) anggota DPR RI ini.
Sunyoto juga menjelaskan teknis pengerjaan bantuan bedah rumah ini. Dimana anggaran sebesar Rp 17,5 juta ini turun langsung ke masing-masing rekening penerima bantuan. Sedangkan, pengerjaannya dilakukan oleh TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) dengan pengawasan seorang pendamping yang ditunjuk oleh desa.
Semetara, material bangunan di pasok oleh salah satu toko bangunan asal Dusun Gedangkeret Desa Banjardowo, Jombang, sesuai kesepakatan dengan warga penerima. Sesuai RAB, bangunan yang masuk dalam rincian berupa tembok dan kusen. Sedangkan pondasi dan atap tetap menjadi tanggungan pemilik rumah sendiri.
“Yang jelas sampai saat ini saya belum menerima keluhan, belum ada warga yang melapor ke desa, kuwatir saya ini kabar tidak jelas tapi dikembangkan oleh orang tertentu,” pungkasnya.