FaktualNews.co

Mengenal Taksi Udara yang Digagas Lilium Aviation

Teknologi     Dibaca : 2670 kali Penulis:
Mengenal Taksi Udara yang Digagas Lilium Aviation
FaktualNews.co/Istimewa
Taksi udara milik Lilium Aviation. (electrek.co)

SURABAYA, FaktualNews.co – Perkembangan layanan transportasi semakin hari semakin canggih menyusul pesatnya. Di Indonesia, taksi di daratan paling keren belakangan adalah mobil mewas macam Toyota Alphard atau lainnya. Ada juga taksi udara yang berupa persewaan pesawat terbang, baik helikopter maupun pesawat ringan.

Berbeda dengan Indonesia, di Jerman perkembangan taksi sudah sedemikian pesat. Pada tahun 2019 lalu sebuah layanan taksi udara di launching di sana. Belakangan, perkembangan itu semakin pesat. Perusahaan penerbangan itu berencana ekspansi ke Amerika Serikat.

Ya, Lilium Aviation, sebuah perusahaan dirgantara Jerman, bakal mendaratkan taksi udaranya di Orlando pada tahun 2025. Mereka berencana untuk membangun pusat transportasi seluas 56.000 kaki persegi di daerah tersebut dan menawarkan pekerjaan bergaji tinggi.

Direncanakan, Lilium Aviation akan membawa taksi udara listrik dengan lima tempat duduk ke komunitas Danau Nona. Hal itu dapat menjadi awal dari perkembangan jaringan transportasi besar-besaran di Amerika Serikat.

Dilansir Science Times, proyek ini menelan biaya sekitar $ 25 juta yang ditetapkan untuk membuat 143 pekerjaan baru pada tahun 2025.

Didukung oleh 36 mesin serba listrik, taksi udara ini adalah pesawat lepas landas vertikal enam hingga tujuh kali lebih tenang daripada helikopter saat lepas landas.

Taksi udara Lilium Aviation

Lilium Aviation secara resmi meluncurkan taksi udaranya pada tahun 2019, enam tahun setelah ia awalnya menyusun ide taksi udara, menurut Daily Mail.

Taksi itu memiliki dua sayap tetap, satu sayap utama dengan empat sayap di bagian belakang. Sementara sayap ‘canard’ di depan memiliki dua sayap. Semua flap bisa bergerak secara independen.

Perusahaan Jerman itu mengatakan bahwa mereka menggunakan mesin jet listrik perintis mereka di setiap flap untuk memungkinkan pesawat berputar dan mengubah arah dorong yang mereka buat.

Selain itu, Lilium menggunakan vektor dorong yang biasa digunakan oleh roket luar angkasa dan jet tempur untuk memungkinkan gerakan vertikal dan horizontal pada jet.

Lilium menjelaskan, karena pesawat ruang angkasa tidak dapat mengandalkan penutup saat berada di luar angkasa untuk mengarahkan kendaraan ke arah tertentu, solusinya adalah menyesuaikan sudut dorong yang dihasilkan pesawat ruang angkasa.

Dalam premis serupa, Lilium Aviation menggunakan konsep ini untuk mengarahkan dan menggerakkan daya dorong taksi udara mereka.

Selain itu, mereka mencatat bahwa taksi udara dapat mengubah putaran per menit dan mengarahkan ketiga set mesin ke lintasan yang tepat. Jet tersebut juga mampu menempuh jarak 186 mil dengan sekali pengisian daya, meskipun jaringan transportasi di Orlando akan membawa penumpang dalam perjalanan sejauh 12 mil.

Investasi dan pekerjaan Lilium Aviation

Investasi Lilium Aviation senilai $ 25 juta di Orlando akan menciptakan 143 pekerjaan pada tahun 2025.

Menurut Bizjournals, Orlando menawarkan potongan pajak kepada perusahaan Jerman tersebut senilai hingga $ 831.250 selama sembilan tahun. Mereka memperkirakan bahwa mereka dapat menghasilkan pendapatan hingga $ 1,7 juta dalam dampak ekonomi dalam sepuluh tahun.

Lebih dari itu, pekerjaan diperkirakan membayar $ 66.451 setiap tahun, yang lebih tinggi dari gaji rata-rata metro $ 46.140, berdasarkan data oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS.

Taksi udara mampu lepas landas vertikal seperti helikopter, menurut pernyataan dampak fiskal untuk perjanjian tersebut, yang menggambarkan pusat transportasi sebagai vertiport.

Lilium Aviation sebelumnya mengejar hub regional di Eropa untuk kendaraan lepas landas vertikal, yang disebut Lilium Jet. September lalu, mereka telah mengumumkan kemitraan dengan dua bandara Jerman yang akan berfungsi sebagai hub untuk jaringan transportasi Lilium.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh
Sumber
Science Times