FaktualNews.co

Cerita Pasien Corona Sembuh di Jombang, dari Tingkatkan Imun hingga Minyak Kayu Putih

Kesehatan     Dibaca : 962 kali Penulis:
Cerita Pasien Corona Sembuh di Jombang, dari Tingkatkan Imun hingga Minyak Kayu Putih
Faktualnews.co/muji lestari
LW, pasien positif corona asal Jombang yang sembuh.

JOMBANG, Faktualnews.co-Terinfeksi virus corona (Covid-19) bukan akhir dari segalanya. Banyak di antara mereka yang dinyatakan positif Covid-19 kini telah sembuh dan kembali beraktivitas seperti sedia kala.

Seperti LW, pria asal Kecamatan Jombang Kota yang sempat menjalani isolasi selama 17 hari akibat paparan virus tersebut.

LW kini telah sembuh dan beraktivitas seperti biasa. Dia pun mengenang hari-hari beratnya kala itu.

LW menghempaskan tubuhnya di atas ranjang. Dia berusaha memejamkan mata, namun sangat sulit dia lakukan. Pikirannya tetap saja melayang-layang.

Itulah hari pertama saat LW menghuni ruangan isolasi seluas 3X2 meter di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Jombang, Jawa Timur. Di ruangan itu, hari dan waktu serasa lambat dia rasakan.

Namun demikian, di ruang isolasi itulah pria penghobi fotografi ini harus menghabiskan hari-harinya selama dua minggu. Di samping itu, LW harus berpisah dengan keluarganya untuk sementara waktu.

Semua itu terjadi setelah LW dinyatakan positif Covid-19 pada 7 September 2020.

Ruang isolasi itu berada di bagian belakang RSUD Jombang. Ada yang satu ruangan yang terdiri dari enam ranjang. Ada pula satu ruangan, satu ranjang seperti yang dihuni oleh LW.

Luasnya 3X2 meter. Selama di ruangan tersebut LW banyak menghabiskan waktu di atas ranjang.

Hanya pada pagi hari, bapak tiga anak ini keluar ruangan untuk penyegaran. Melakukan olahraga kecil-kecilan dan berjemur di bawa terik matahari.

“Disediakan tempat mirip taman untuk pasien Covid-19 berolahraga. Di situlah biasanya kami bertemu sesama pasien Covid-19,” ujar LW ketika dihubungi, Rabu (11/11/2020).

Walhasil, usai berjemur dan melakukan olahraga kecil, tubuh LW menjadi bugar. Sekitar satu jam kemudian, pria yang juga pengelola keda kopi ini kembali ke ruangan isolasi. Menikmati sarapan pagi dengan menu sayur dan tambahan buah segar.

LW sadar, agar imunitas tubuhnya meningkat, dirinya harus banyak makan buah dan sayur. Oleh karena itu, jatah sarapan pagi yang disediakan oleh perawat selalu dia makan hingga tak tersisa. Setelah sarapan, tak ada aktivitas lagi. Dari situlah dirinya selalu didera kebosanan.

Tak ada pesawat televisi di ruangan itu. Satu-satunya hiburan adalah ponsel. Peralatan itu pula yang dia gunakan untuk komunikasi dengan keluarga dan teman-temannya memecah kesepian itu.

“Bapak saya hendak mengirimi buku bacaan agar ada hiburan di ruang isolasi. Tapi saya tidak mau. Sudah terlanjur stres,” kata LW sembari mengatakan bahwa untuk komunikasi dengan perawat, di ruangan tersebut disediakan semacam telepon.

Ketika malam tiba, kebosanan semakin mendera. Bahkan LW mulai berhalusinasi. Pernah suatu ketika, LW merasa sedang dikejar-kejar tentara. Dia takut bukan kepalang. Kemudian membentak tentara tersebut agar menyingkir dari ruang isolasi.

“Beberapa hari di kamar, saya sampai didera halusinasi. Seperti diburu tentara,” tambahnya.

Baru pada Selasa (22/9/2020) LW menerima kabar yang menurutnya cukup baik. LW menjalani uji swab kedua. Selasa malam, dia mendapat pemberitahuan dari petugas rumah sakit bahwasannya uji swab menunjukkan hasil negatif. LW juga diminta menghubungi keluarganya agar dijemput dari ruang isolasi. Mendapatkan kabar itu, LW tak henti berucap syukur. Karena ‘mimpi-mimpi buruk’ di ruang isolasi segera terlewati.

“Kabar baik itu justru membuat saya tidak bisa tidur. Rasa bahagia, haru, senang, campur aduk jadi satu. Saya menghuni ruang isolasi selama 17 hari. Mulai 7 hingga 22 September 2020. Ini pengalaman yang tak mungkin terlupakan dalam hidup saya,” ungkapnya.

Dari mana LW tertular Covid-19? dia menceritakan, sebelum dinyatakan positif, LW sempat merasakan kehilangan indra perasa dan penciumannya.

LW berkali-kali memegang hidung, kemudian menjulurkan lidahnya. Secara fisik dua anggota tubuh LW itu normal. Hidungnya tidak buntu karena pilek. Begitu juga dengan lidahnya. Namun yang menjadi aneh, hidung pria berusia 40 ini tak bisa mencium apa-apa.

Begitu juga dengan lidah. LW berkali-kali menelan makanan, baik yang berasa pedas maupun asin, namun lidahnya seolah mati. Pun ketika LW menyeruput minuman manis, tidak merasakan apa-apa. Semuanya mati rasa. Semuanya hambar. Tak hanya itu, tubuh LW yang terasa meriang.

Sejak itu pria yang pernah kuliah di Malang ini mengurung diri di kamar. Dia membatasi diri berinteraksi dengan istri dan anaknya. LW curiga apa yang dia rasakan itu adalah
gejala awal virus dari Wuhan, China tersebut.

Karena dua hari sebelumnya, LW nekat menerobos ke zona merah penyabaran Covid-19, yaitu Surabaya. Disana, dia membeli sejumlah peralatan untuk keperluan kedai kopi miliknya. Di kota pahlawan itu pula, LW mampir ke sejumlah kafe dan kedai kopi untuk ‘studi banding’. Membandingkan kopi asal Surabaya, dengan kopi yang ada di kedai miliknya.

“Selasa, 29 Agustus 2020, saya pergi ke Surabaya. Nah, dua hari kemudian atau 2 September, hidung saya tak bisa mencium bau apapun. Demikian juga dengan lidah saya. Semuanya mati rasa. Makanya selama tiga hari melakukan isolasi mandiri di rumah,” katanya berkisah.

LW masih ingat, sebelum berangkat ke Surabaya, kondisi tubuhnya juga kurang fit. Karena selama lima hari terakhir, LW begadang hingga larut malam. Bahkan baru bisa memejamkan mata pada dini hari. Merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya, LW lantas memeriksakan diri ke RSUD Jombang pada 7 Sepetember 2020.

Semua keluhan yang dia rasakan disampaikan ke petugas medis. Hari itu pula LW dikarantina di ruang isolasi RSUD Jombang. Petugas juga melakukan uji swab terhadap bapak tiga anak ini.

“Berdasarkan uji swab, saya dinyatakan positif Covid-19. Kemungkinan tertular dari Surabaya. Dan harus menjalani karantina hari itu pula,” ungkapnya.

Menurut LW, dia masuk kategori OTG (orang tanpa gejala). Karena tidak ada gejala medis yang menghinggapi dirinya. Bahkan hasil rapid tes atau tes cepat, LW dinyatakan non-reaktif. “Saya masuk OTG. Mungkin karena imunitas saya sedang drop, sehingga virus mudah masuk,” sambungnya.

LW pun mengaku kapok dan tak mau kejadian kedua menghinggapi dirinya. Mulai saat itu, dirinya selalu menambah kewaspadaan dengan selalu menaati protokol kesehatan.

LW mewanti-wanti agar masyarakat tidak sampai teledor. Karena kunci utama dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 adalah 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak).

“Itu berdasarkan pengalaman saya yang pernah positif Covid. Saya terkena Cavid karena teledor, tidak melakukan cuci tangan. Jadi ini penting sekali,” katanya menegaskan.

Bapak tiga anak ini juga menceritakan pengalaman di ruang isolasi yang notabene mempercepat kesembuhannya. Selain rutin minum vitamin, buah, serta olahrga, LW juga rutin menggunakan minyak kayu putih sebagai media terapi. Minyak tersebut dia oleskan di masker yang hendak ia pakai.

“Itu yang saya lakukan selama berada di ruang isolasi. Namun yang terpenting adalah 3M,” pungkas LW.

Ingat Pesan Ibu

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah