FaktualNews.co

Alasan Mengapa Anak Masuk SD Harus Usia 7 Tahun

Pendidikan     Dibaca : 1473 kali Penulis:
Alasan Mengapa Anak Masuk SD Harus Usia 7 Tahun
FaktualNews.co/Istimewa
Ilustrasi.

SURABAYA, FaktualNews.co – Selain kemampuan intelektual, kesiapan mental anak juga harus dipertimbangkan dalam aktivitas kegiatan belajar di sekolah tingka dasar, baik itu SD maupun Madrasah Ibtidaiyah (MI). Itu yang menjadi dasar pertimbangan peraturan 7 tahun masuk SD.

Banyak kasus orang tua yang memprotes Panitia Penerimaan Siswa Baru karena anaknya tidak bisa diterima di SD dengan alasan usia kurang dari 7 tahun. Orang tua sering tidak bisa menerima alasan itu karena merasa anaknya sudah mampu baca tulis dan berhitung.

Persoalannya, apakah secara mental atau psikologis anak sudah siap? Pada usia 5-6 tahun masih dalam tahap mengembangkan keterampilan sosial dan motorik atau gerak. Sedangkan untuk mulai belajar di kelas 1 SD anak harus sudah bisa serius mengikuti pelajaran dalam waktu yang cukup lama dan dalam ruang yang terbatas.

Berikut ini ulasan Lukita Purnamasari di laman Sahabat Keluarga Kemdikbud, tentang beberapa alasan mengapa usia masuk SD ditetapkan 7 tahun minimal 6 tahun:

1. Aspek Fisik

Pada usia 7 tahun, anak dianggap paling siap secara fisik. Untuk diam di kelas sampai siang. Gerakan motorik anak sudah lebih bagus, otot dan sarafnya juga sudah terbentuk.

Untuk memegang pensil misalnya, anak sudah lebih mampu jika harus menulis sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Sementara usia kurang dari 6 tahun terkadang belum siap, karena anak-anak usia ini masih suka bermain.

2. Aspek Psikologis

Dalam teori perkembangan, anak mulai bisa berkonsentrasi dengan baik pada usia di atas 6 tahun. Semakin bertambah usianya, kemampuan konsentrasi meningkat, semakin mampu memilah materi mana yang harus diperhatikan dan yang harus diabaikan.

Rentang konsentrasi untuk usia sekolah biasanya sekitar 30-45 menit. Anak yang terlalu dini masuk SD umumnya masih bermasalah khususnya di kelas satu, karena ia belum siap untuk belajar berkonsentrasi.

Ia masih mengembangkan keteram­pilan geraknya. Akibatnya dia akan sulit berkonsentrasi, meskipun secara kemampuan intelektualnya dia sudah cukup mampu menyelesaikan soal-soal yang disediakan.

3. Aspek Kognitif

Saat akan masuk ke SD anak diharapkan mampu membaca, menulis, berhitung sederhana. Selain itu anak juga diharapkan mampu mengikuti instruksi, paham dan bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan.

4. Aspek Emosi

Umumnya anak yang terlalu dini masuk SD memang cukup matang secara akademik. Namun biasanya kematangan emosi dan kemandiriannya belum maksimal. Padahal di jenjang SD anak tidak lagi akan mendapat perhatian seperti di TK. Ia diharapkan lebih mandiri dan juga tidak lagi terlalu tergantung pada orangtuanya.

Jadi, masalah yang akan terlihat adalah anak bisa mengikuti pelajaran di sekolah, tapi di sisi lain, misalnya anak masih minta ditunggui bunda atau tidak berani pipis sendiri di toilet umum sekolah atau mudah menyerah terhadap tugas yang diberikan atau tidak mau mengerjakan PR karena masih lebih suka bermain dan sebagainya.

Melihat berbagai aspek tersebut, sebaiknya ayah bunda jangan terlalu dini menyekolahkan anak, lihat kondisi anak. Karena tiap anak berbeda. Jika ayah bunda memang masih belum yakin memasukkan anak ke SD, bila perlu konsultasikan dengan psikolog anak apakah anak ayah bunda sudah siap atau belum memasuki SD.

Alangkah baiknya tidak memaksakan kehendak pada anak. Biarkan anak juga yang menentukan. Keberhasilan dan perkembangan anak juga ditentukan oleh keputusan awal memasukkan anak ke SD.

 

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Muhammad Sholeh
Sumber
Kemdikbud