Kesehatan

Meminimalkan Kontak Tenaga Medis dengan Pasien, Dokter di Lamongan Kenalkan IMA

LAMONGAN, Faktualnews.co-Guna meminimalkan kontak antara tenaga medis dengan pasien, khususnya pasien suspek Covid-19, dr Arif Cholifaturrahman dari di Puskesmas Sekaran, Kabupaten Lamongan membuat sebuah alat Infusion Monitoring Assistance (IMA). Alat ini implementasi Internet of Medical Things (IoMT).

IMA berfungsi untuk memonitor terapi infus dari jarak jauh, karena alat tersebut memiliki dua buah mikrokontroler, yaitu Attiny85 dan ESP32 serta sensor yang terdiri dari led infrared dan phototransistor.

“Hasil nilai analog dari sensor akan masuk ke Attiny85 untuk dikomparasi saat ada tetesan dan saat tidak ada tetesan.” kata dr Arif Cholifaturrahman, Selasa (17/11/2020).

Lebih lanjut Arif menjelaskan, Hasil dan komparasi nilai analog dari sensor akan menghasilkan sinyal digital yang akan masuk ke pin interrupt dari Mikrokontraler ESP32 akan memproses data dan mengirimkan data ke both telegram.

“Kita bisa memonitor infus melalui smartphone kita, sehingga tidak harus bolah balik ke ruangan pasien untuk mengecek infus. Kemudian selain mengirimkan notifikasi ke telegram, alat ini juga mengirimkan notifikasi dengan cara berbunyi,” tuturnya.

Ide membuat alat tersebut muncul dari rasa keprihatinannya atas banyaknya angka kematian tenaga medis di Indonesia akibat terpapar Covid-19.

“Dari WHO itu kan salah satu penyebabnya adalah karena lama paparan dengan pasien, apalagi di ruang tertutup yang tentu memiliki risiko tenaga kesehatan terkena Covid-19. Nah alat ini bisa meminimalisir jumlah papatan dan lama paparan,” jelas dr Arif.

Untuk membuat alat tersebut, dr Arif hanya membutuhkan waktu kurang lebih 3 sampai 4 minggu. Sementraa biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan satu buah alat, yaitu sebesar Rp. 755 ribu.

“Waktunya pembuatannya memang cepat, karena sebelumnya saya sudah membuat alat juga, tapi tidak Internet of Medical Things, jadi tinggal mengimplementasikan saja. Semua bikin sendiri, mulai dari hardware nya, casing nya juga bikin sendiri, saya gunakan 3D printing,” terang Arif.

Arif berencana mematenkan alat buatannya tersebut dan berharap IMA bisa diproduksi secara massal.

“Kami akan patenkan dan kemungkinan besar akan diproduksi massal. Tapi untuk saat ini kita baru produksi satu alat saja. Soalnya kita fokuskan dulu di Puskesmas Sekaran. Karena untuk produkai masal itu kan ada regulasinya ya, apalagi alat kesehatan,” pungkasnya.