TULUNGAGUNG, FaktualNews.co-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tulungagung memetakan 4 kecamatan menjadi daerah dengan perhatian khusus pada musim penghujan kali ini.
Empat kecamatan terbagi, Kecamatan Bandung dan Besuki sebagai wilayah rawan banjir (ancar) kiriman, 2 Kecamatan Pagerwojo dan Sendang sebagai wilayah rawan longsor.
“Daerah Bandung dan Besuki itu, biasanya kalau DAM di Watulimo Trenggalek dibuka, maka Kecamatan Bandung dan Besuki debit sungainya akan menaik dan mengakibatkan banjir kiriman di seputar sungai,” jelas Kepala BPBD Tulungagung, Suroto, Jumat (18/12/2020).
Banjir yang sering terjadi tergolong ke dalam skala kecil dan tidak sampai memberikan dampak ekonomi. Sementara, untuk letak sungai membentang dari Trenggalek, Kecamatan Bandung dan Besuki Tulungagung hingga bermuara di pantai Niyama,” terang Suroto.
Selain itu, untuk banjir yang terjadi sifatnya hanya sementara dan setelah hujan sekitar 2 hingga 3 jam airnya akan surut.
“Ada lokasi lain di Jalan Raya Campurdarat, dekat TPU, itu karena ada ketinggian di timur jalan, airnya turun kebawah dan sering banyak lumpurnya. Ini sifatnya juga sementara saja, karena juga tidak ada drainasenya,” jelasnya.
Lanjut Suroto mengenai Kecamatan Pagerwojo dan Sendang yang masuk menjadi wilayah rawan longsor, terjadi karena kondisi tanah yang labil, gembur dan lahan pertanian.
“Daerah itu dengan ketinggian dan tanahnya yang subur dan gembur. Di saat musim hujan, itu juga berpotensi longsor,” tambah Suroto.
Faktor kedua yang menjadi pemicu rawan longsor yaitu kondisi pembangunan di sekitar rumah warga yang tidak dibangun dengan struktur kuat. Sehingga itu menjadi faktor lain, terlepas dari faktor alam.
“Kedua masyarakat itu dalam memabngun rumah tidak dibangun dengan tangkis yang kuat, kalau ada tangkisnya kan juga bisa memperkuat,” pungkasnya.
BPBD Tulungagung mencatat sepanjang 2020 ini telah terjadi 18 kali longsor, mulai dari rumah, jalan, hingga perkebunan warga.
Pihaknya turut mengimbau kepada masyarakat agar waspada dengan kondisi alam di sekitarnya. Karena kewaspadaan dapat menjadi solusi antisipatif sebagai bentuk pencegahan dampak buruk bencana alam