Sosial Budaya

Riwayat Sunat: Tradisi Bangsa Mesir, Israel Hingga Australia

SURABAYA, FaktualNews.co – Sunat bagi bangsa Indonesia merupakan tradisi turun temurun. Demikian juga bagi sebagian masyarakat di belahan dunia yang lain. Tapi kapan sunat pertama kali dilakukan?

Ada banyak hipotesis tentang akar dari praktik tersebut. Para sarjana Barat awal mengaitkan asal mula sunat dengan tradisi Mesir kuno. Tetapi banyak sarjana saat ini percaya bahwa asal mula praktik, seperti yang dilakukan di Barat dan Timur Tengah, berasal dari penduduk Arab selatan dan sebagian Afrika.

Selama ribuan tahun, sunat umumnya dipraktikkan sebagai ritus keagamaan. Tapi, sunat juga dipraktikkan sebagai ritus budaya yakni peralihan menuju kedewasaan dan sebagai bentuk hukuman di masa perang.

Sunat telah dipraktikkan di beberapa bagian Afrika, Oseania, Yudaisme, dan Islam. Bentuk sunat yang paling dikenal oleh orang Barat adalah pengangkatan kulup atau pemotongan kulup secara total, seperti yang dipraktekkan dalam Yudaisme.

Namun, di Mesir kuno dan budaya lain di Afrika, praktik sunat hanya memotong sebagian kulup. Di kepulauan Pasifik, frenulum dipotong tetapi kulup dibiarkan dan tidak dimodifikasi.

Hal ini menarik mengingat referensi Alkitab di mana Yahweh memerintahkan orang Israel untuk menyunat anak-anak mereka lagi, “untuk kedua kalinya” (Yosua 5: 2).

Perintah itu menyiratkan bahwa beberapa dari mereka telah disunat dengan cara Mesir dan harus disunat dengan cara Yahudi atau Israel.

Sunat di Mesir dan Israel

Di Mesir kuno, sunat memiliki fungsi dan proses yang agak berbeda daripada di Israel kuno.

Di Israel kuno, sunat dianggap sebagai tanda keanggotaan dalam komunitas perjanjian yang didirikan antara Allah dan Abraham (atau Ibrahim dalam komunitas Muslim). Itu adalah penanda etnis yang menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Israel.

Meskipun dapat dilakukan pada orang dewasa jika diperlukan, biasanya dilakukan pada bayi, delapan hari setelah lahir, seperti di kalangan orang Yahudi modern.

Seorang dewasa non-Israel, biasanya hanya disunat jika dia memutuskan ingin dimasukkan ke dalam komunitas Israel.

Belakangan, ketika agama Israel menjadi lebih terorganisir, menjadi Yudaisme kuno, orang yang pindah ke Yudaisme diharuskan menjalani sunat.

Salah satu cara Kekristenan mula-mula membedakan dirinya dari Yudaisme adalah bahwa orang Kristen non-Yahudi tidak diharuskan untuk disunat.

Di Mesir, hal itu biasanya dilakukan pada remaja pria yang akan diinisiasi menjadi imam atau sebagai pria dewasa dari kelas bangsawan.

Tidak jelas apakah ini kasusnya dari catatan arkeologi dan sejarah, tetapi sunat di Mesir mungkin juga digunakan untuk membatasi kelas elit khusus.

Sunat Mesir digambarkan di dinding kuil di mana para pria muda terlihat ditahan saat seorang pendeta melakukan sunat dengan pisau.

Sunat dalam budaya Afrika

Mesir bukan satu-satunya budaya Afrika yang mempraktikkan atau mempraktikkan sunat. Itu umum di antara orang-orang Afrika timur dan Bantu. Biasanya sunat dilakukan sebagai ritus perjalanan menuju kedewasaan.

Laki-laki muda dari kelompok etnis Xhosa dan Zulu secara tradisional memiliki ritual penyunatan yang rumit. Tubuh bocah lelaki yang disunat akan dicat dengan kapur sebelum disunat.

Dalam prosesnya, mereka akan diisolasi dari komunitas selama beberapa minggu, terutama dari perempuan.

Setelah disunat, mereka akan meninggalkan kulup yang dipotong di hutan, simbol mereka meninggalkan masa kanak-kanak mereka untuk menjadi laki-laki, dan kemudian membasuh kulit khatannya di sungai.

Sunat masih dilakukan secara teratur di antara budaya-budaya ini, tetapi biasanya di rumah sakit, bukan dengan cara tradisional.

Sunat di Oseania

Sunat secara historis tidak terbatas hanya di Afrika dan Timur Tengah. Suatu bentuk penyunatan juga dilakukan di Oceania dan Aborigin Australia dengan menggunakan kerang laut sebagai alat pemotongnya.

Sunat di Oseania dan Australia adalah ritual menuju kedewasaan sekaligus ujian keberanian.

Masa perang

Sunat tidak hanya digunakan sebagai ritus perjalanan menuju kedewasaan atau untuk alasan agama. Itu juga telah digunakan untuk menghukum tentara musuh.

Ada kasus di mana tentara yang ditangkap dalam pertempuran akan disunat, terutama di Timur Tengah, Afrika Timur, dan Asia Selatan.

Dampak historis

Sunat pernah menjadi kebiasaan langka. Sebagian besar budaya di luar Afrika, Timur Tengah, dan Oseania awalnya tidak mempraktikkannya.

Meski demikian, hal itu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sejarah peradaban, terutama karena salah satu pilar peradaban barat, Israel kuno, menjadikannya penanda etnis sebagai bangsa Israel.

Saat ini, praktik tersebut masih berlanjut dengan perkiraan sepertiga pria di seluruh dunia disunat.

Sunat paling umum dipraktikkan di kalangan Muslim dan Yahudi karena alasan agama. Tetapi di Amerika Serikat, praktik sunat juga banyak dilakukan atas dasar pertimbangan kesehatan, meskipun banyak organisasi medis yang tidak setuju.

 

***

Artikel ini diadaptasikan dari Ancient Origins dengan judul semula: The Cutting Truth about Circumcision: It Was All About Rites and Religion