FaktualNews.co

Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tempe Probolinggo Iris Tempe Lebih Tipis

Ekonomi     Dibaca : 721 kali Penulis:
Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tempe Probolinggo Iris Tempe Lebih Tipis
FaktualNews.co/agus
Nur Halid Probolinggo dengan tempe hasil produksinya.

PROBOLINGGO, FaktualNews.co-Seperti di daerah lain, sejumlah pengrajin atau pengusaha tempe di Kota Probolinggo, mengeluh. Sebab, harga kedelai impor sebagai bahan baku utama tempe naik tak sewajarnya. Keluhan tersebut antara lain diungkap Nur Halid (44), Senin (4/01/21).

Menurutnya, biasanya kenaikan tak lebih dari Rp500 per kilogramnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan lagi, kata pria warga Jalan KH Hasan Genggong Gang Mangga II RT 3 RW 2 tersebut, pasca tahun baru turun lagi, hingga kembali harga normal.

Sedangkan untuk tahun ini (2021) tidak turun, malahan terus naik. Bapak dua anak ini mengaku tidak tahu penyebab naiknya harga kedelai. “Kami enggak tahu penyebabnya. Mungkin karena corona,” katanya.

Menurutnya, harga kedelai impor saat ini Rp7.400, harga Rp7.600
adalah harga kedelai yang sudah digiling alias bersih dari kulitnya. Tambahan Rp200 merupakan ongkos giling.

Dimungkinkan harga akan terus naik, meski kenaikannya tak lebih dari Rp100 setiap hari. “Ya, naiknya setiap hari,” ujarnya.

Meski harga melonjak Nur Halid mengaku, tetap jualan tempe. Agar tidak merugi, ia tidak menaikkan harga beli, tetapi mengurangi volume tempe. Satu lembar tempe yang beratnya 2 Kg, dikurangi hingga menjadi kecil tipis seberat 1,7 ons.

“Ya, kami kurangi lebih tipis. Harga tetap. Beli Rp1.000 atau Rp2 ribu tetap kami layani,” katanya.

Meski ukuran atau beratnya dikurangi, namun laba atau keuntungan juga berkurang. Yang penting setiap hari bisa jualan tempe. Nur Halid mengatakan, meski harga terus naik, stok kedelai sepertinya tidak kurang. Terbukti, ia tidak dikurangi jatah
atau tidak dibatasi.

“Kami tiap hari menghabiskan kedelai 1,5 hingga 2 kuintal kedelai. Jumlah pembelian tidak dikurangi. Berarti stok kan ada,” imbuhnya.

Kendati harga kedelai terus melonjak, namun pria yang menjual tempe setiap hari di Pasar Klakah, Kabupaten Lumajang itu mengaku, bahan baku tempenya tidak pernah dicampur dengan kedelai lokal. “Saya menjaga kualitas,” pungkasnya.

Kepala Dinas Koperasi usaha Kecil, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) Fitri mengatakan, kedelai naik bukan hanya di Kota Probolinggo.

Tetapi di seluruh kota dan kabupaten di Jawa Timur, bahkan di Indonesia. Penyebabnya dimungkinkan pandemi covid 19 sehingga impor tidak lancar.

Pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap melonjaknya harga kedelai. Pihaknya juga tidak bisa melakukan operasi pasar seperti saat sembako naik. Fitri menjelaskan, hasil pantauan di sejumlah pasar, harga kedelai lokal Rp10 ribu.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah