FaktualNews.co

Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu-Tempe Tulungagung Kurangi Produksi

Ekonomi     Dibaca : 895 kali Penulis:
Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu-Tempe Tulungagung Kurangi Produksi
FaktualNews.co/latif
Proses produksi tahu dan tempe di Desa Bendo, sentra industri tahu dan tempe Tulungagung.

TULUNGAGUNG, FaktualNews.co-Harga kedelai di Tulungagung yang naik hingga Rp 9 ribu per kilogram, mengakibatkan produsen atau pengrajin tempe dan tahu di Tulungagung mengurangi volume produksi dan memangkas ukuran tahu-tempe.

Miyanto (53), produsen tahu dan tempe di sentra produksi Desa Bendo Kecamatan Gondang menjelaskan, kenaikan tersebut begitu terasa bagi produsen.

“Sekarang ini kita hanya sekedar untuk bertahan, dan melayani pelanggan saja, agar pelanggan tidak kabur,” jelasnya, Selasa (5/1/2021).

Kondisi kenaikan harga kedelai sendiri tercatat sejak menjelang liburan akhir tahun 2020 ini. Parahnya, hingga awal Januari 2021 masih belum juga menurun.

“Biasanya memang naik, pas hari besar, idul fitri, natal, liburan akhir tahun. Tapi ini naiknya sampai menjadi 9 ribu 3 ratus per kilogramnya,” paparnya.

Menurut Mulyadi, sejak ia menjadi produsen tahu dan tempe pada tahun 1995 silam, kenaikan harga kedelai baru kali ini di angka Rp 9 ribu lebih.

“Jadi kita terpaksa, biasanya memasak tahu 1 kali masakan 14 kilogram, turun menjadi 10 kilogram atau tergantung masing-masing. Ada juga dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe, kalau ini risikonya dikomplain,” jelasnya.

Ditanya soal omzet, ia menyatakan cenderung menurun. Karena hasil penjualan harus dipotong dengan harga kedelai yang tinggi dan gaji karyawan yang tetap.

“Kalau penghasilan menurun, harga kedelai mahal, gaji pekerja tetap atau biaya produksi tetap. Harapannya semoga pemerintah bisa menstabilkan harga kembali,” pungkasnya.

Sementara itu, kedelai yang digunakan di sentra tahu dan tempe Desa Bendo hampir 90 persen merupakan tahu impor.

Menurut salah satu pedagang kedelai di Toko Kelontong Desa Bendo Felif Eka Saputra mengatakan, naiknya harga bukan karena faktor stok yang menipis, namun untuk stok masih tersedia.

“Kalau tahun-tahun sebelumnya harga kedelai itu memang naik pas musim gini, lalu nanti akan turun di bulan Maret atau April,” jelasnya.

Namun menurutnya, faktor keterpurukan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 juga dapat menjadi pemicunya.

“Kalau saya ambil dari Tionghoa di Pasar Wage Tulungagung, pembelian seperti biasanya, tidak ada penurunan,” pungkasnya

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah