JEMBER, FaktualNews.co – “Saat itu Rabu (6/1/2021) kemarin, keponakan saya Mulyadi ini telepon. Bilang dan minta ke saya bersama keluarga di Umbulsari untuk ke Pontianak. Bilangnya. Kalau tidak (ke Pontianak) keburu tidak ketemu lagi dengan saya, gitu katanya,” ujar Suwito menirukan ucapan keponakannya Mulyadi yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182, Senin (11/1/2021).
Mulyadi P Samsir asal Dusun Krangkengan, Desa Tegalwangi, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182. Mulyadi diketahui juga baru menikah pada 28 November 2020 kemarin, dengan Makrufatul Yeti Srianingsih asal Pontianak.
Pasangan suami istri itu, Mulyadi P Samsir dan Makrufatul Yeti Srianingsih kini tinggal di Jalan Lingkar Sungai Durian, Kelurahan Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang.
Dalam musibah jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ182. Mulyadi bersama istri yang baru dinikahinya itu, turut menjadi korban dalam kecelakaan tersebut.
Namun hingga saat ini, keluarga yang berada di Kecamatan Umbulsari belum tahu kondisi dari Mulyadi dan Istrinya.
Paman korban Ngadi Suwito mengaku sempat berkomunikasi dengan korban sebelum musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 itu.
“Mulyadi itu sering teleponan dengan saudara-saudara di Umbulsari. Bahkan juga video call,” kata Suwito.
Dari ucapan yang disampaikan oleh keponakannya itu, kata Suwito, tidak ada firasat apapun.
Namun setelah mengetahui jika keponakannya ikut menjadi korban dalam kecelakaan pesawat. Tentunya membuat keluarga Mulyadi di Kecamatan Umbulsari menjadi khawatir. Apalagi, kata Suwito, Mulyadi itu merupakan pasangan pengantin baru.
“Karena dia dengan istrinya baru menikah 28 November 2020 kemarin. Belum dikaruniai keturunan. Diapun menikah dan sekarang memang tinggal di Pontianak,” kata Suwito dengan ekspresi sedih.
Dia menceritakan, Mulyadi merupakan keponakan yang pernah dirawat olehnya. Dikala itu, orang tua Mulyadi yakni Ponijan dan Katimah hidup di Kecamatan Srangas, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat.
“Saat itu Mulyadi tinggal di Umbulsari sini, bersama keluarganya yang lain. Asli sini dia. Sejak umur 1,5 tahun kami rawat, kala itu orang tuanya jadi transmigran di Sintang sana,” katanya.
Terus karena pintar dan cerdas, pendidikan Mulyadi pun bagus. Bahkan Mulyadi kini menjadi dosen, kata Suwito, sama dengan istrinya. Pasangan suami istri itu mengajar di salah satu Universitas di Pontianak.
Dari sama-sama menjadi dosen itu, katanya, Mulyadi bertemu dengan istrinya dan kemudian menikah.
“Sama-sama dosen dengan istrinya. Setelah menikah tinggal di Pontianak itu. Bahkan bapak dan ibunya (Mulyadi) juga tinggal di sana,” katanya.
Terkait musibah kecelakaan yang dialami, lanjut Suwito, Mulyadi dan Istrinya bermaksud pulang ke Pontianak. Setelah ada pekerjaan yang harus diselesaikan di Jakarta.
Kala itu Mulyadi dan istrinya, lanjut Suwito, tidak hanya berdua. Tetapi juga bersama dengan Ibu mertua dan satu orang asisten rumah tangga.
“Tapi saya tidak tahu pasti, apa satu pesawat saat itu. Namanya (ibu mertua dan asisten rumah tangga yang bersama Mulyadi), saya juga tidak tahu. Tapi kalau Mulyadi dengan istrinya saya tahu dan memang benar penumpang di pesawat jatuh itu,” ungkapnya.
Dengan kabar duka yang diterimanya, Suwito beserta keluarga di Kecamatan Umbulsari, menunggu perkembangan informasi dari musibah kecelakaan pesawat Sriwijaya Air itu.
“Kita pun masih menunggu perkembangannya, tapi kalau adiknya Mulyadi masih telponan dengan saya. Mengabarkan agar keluarga di Jember tetap tenang,” pungkasnya.