FaktualNews.co

Kisah Pilu Pemakaman Covid-19 di Tulungagung, Dari Pungli hingga Gunakan Jas Hujan

Peristiwa     Dibaca : 1382 kali Penulis:
Kisah Pilu Pemakaman Covid-19 di Tulungagung, Dari Pungli hingga Gunakan Jas Hujan
FaktualNews.co/Latif Syaipudin/
Pemakaman jenazah Covid-19 di Tulungagung, yang dilaksanakan secara mandiri oleh relawan desa.

TULUNGAGUNG, FaktualNews.co – Pandemi Covid-19 hingga kini belum juga usai, bahkan penambahan kasus di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terus terjadi angka kematian bahkan mencapai 36 orang.

Di tengah tingginya angka positif Covid-19 di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, muncul kisah pilu pemakanan pasien corona di Tulungagung. Dari adanya tarikan biaya operasional dari sebuah utusan relawan, hingga petugas menggunakan APD berupa jas hujan saat pemakaman.

Seorang modin (penanggungjawab pemulasaran jenazah Desa) di sebuah perumahan di Tulungagung, ZM menceritakan adanya penarikan biaya sebesar Rp 2 juta kepada keluarga korban pasien Covid-19.

“Sempat ada utusan, pada kali ke dua kasus kematian di perumahan sini, meminta sejumlah biaya 2 juta dua ratus rupiah untuk membeli perlengkapan APD, dan biaya lainnya untuk operasional,” kata pria berusia 58 tahun ini kepada jurnalis FaktualNews.co, Kamis (14/1/2021).

Padahal, menurutnya kondisi keluarga korban tengah berduka dan jenazah harus segera dimakamkan.

“Di perumahan sini, ada 3 kasus, semuanya dikebumikan wargan sini sendiri dari relawan perumahan, karena memang tidak ada petugas dari Pemerintah. Kasus pertama bahkan pada seorang dokter, kedua dan ketiga seorang wakasek, semuanya kita kebumikan sendiri,” paparnya.

Pada kejadian yang pertama relawan perumahan memakamkan jenazah pasien positif Coroan tanpa mengenakan APD. Barulah dari pengalaman tersebut karena keterbatasan biaya, setelah terpaksa pada kejadian yang ketiga berinisiatif menggunakan jas hujan, dan peralatan sederhana sebagai APD.

“Harga jas hujannya kira-kira satunya sekitar Rp 13 ribu, jadi kira-kira sekitar Rp 150 ribu untuk 10 orang yang melakukan pemakaman, dari 10 orang itu, punya peran masing-masing. Usai melakukan proses pemakaman, kita langsung memebersihkan diri, bahkan ada yang sampai mandi di aliran sungai karena takur pulang kerumah,” jelasnya.

Menurut ZM, atas beberapa kejadian tersebut, pihaknya pun tidak dapat berharap banyak kepada pemerintah. Namun sangat prihatian dengan kondisi saat ini. Ditambah dengan kasus positif yang masih terjadi penambahan.

“Saat ini terkesan perhatian pemakamannya kurang merata, saya tidak tau di lokasi lainnya ya,” terangnya.

Sempat dalam kejadian yang pertama, ia pun sebagai seorang modin sampai marah-marah melalui pengeras suara atas kejadian tersebut. Pasalnya, proses pemakaman jenazah memang harus segera dilaksanakan, tapi tidak ada petugas dari pihak Satgas Covid-19 yang datang.

“Saya juga sempat marah-marah, padahal kejadian tersebut merupakan tenaga medis, tapi kenapa kok juga seperti ini, sampai saya marah-marah. Jenazah kan juga harus dikebumikan secepatnya,” pungkas ZM.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul