FaktualNews.co

Jeritan Hati Pengelola Warkop di Surabaya Kala PPKM Digelar

Ekonomi     Dibaca : 2186 kali Penulis:
Jeritan Hati Pengelola Warkop di Surabaya Kala PPKM Digelar
FaktualNews.co/Mokhamad Dofir/
Suasana warung kopi (Warkop) yang berada di Jalan Ir Soekarno (MERR) Gununganyar - Kota Surabaya tampak lengang.

SURABAYA, FaktualNews.co – Puluhan meja kursi sebuah warung kopi (Warkop) yang berada di Jalan Ir Soekarno (MERR) Gununganyar – Kota Surabaya tampak lengang. Hanya sebagian saja yang terisi, beberapa pasangan muda mudi.

Pemandangan ini tak seperti biasanya. Warkop Giras Revo 99 yang kerap dipadati pengunjung, mulai dari pelajar, mahasiswa hingga pekerja kantoran. Mereka biasanya menghabiskan waktu untuk sekedar nongkrong, ngopi, main gim sambil mengerjakan tugas. Namun hari ini berbeda, jumlah pengunjung bisa dihitung dengan jari.

Pengelola Warkop Ega mengatakan, tempat usahanya sepi setelah ada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kota Surabaya. Sejak digelarnya kebijakan itu, jumlah pengunjung turun drastis. Mengakibatkan omzet yang diterima juga mengalami penurunan hingga 50 persen dibanding sebelumnya.

“PPKM sangat berdampak sekali, mulai dari omzet menurun terus jadwal dari planning-planning juga tidak teratur. Pokoknya banyak (dampaknya), paling utama itu omzetnya (turun),” papar pria berusia 24 tahun ini kepada media FaktualNews.co, Jumat (15/1/2021).

Dia menyebut, sebelum berlakunya PPKM di Kota Surabaya. Dalam sehari usahanya bisa meraup omzet sekitar Rp 3 juta, namun setelah berlaku kebijakan yang ia sebut sebagai PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) ini, pendapatan diterima tak sampai menyentuh angka Rp 1,5 juta.

“Saat PSBB begini, (omzet) turunnya banyak sekali. Hampir 50 persen,” tandas dia.

Ega pun mengaku tidak ada lagi cara yang bisa dikerjakan untuk mencegah menurunnya pendapatan, sedangkan biaya operasional tetap. Ia dan beberapa rekannya hanya bisa pasrah menanggug kondisi ini. Pelayanan terbaik dan penerapan protokol kesehatan secara ketat seperti jaga jarak, kewajiban menggunakan masker hingga menyediakan tempat cuci tangan bagi pengunjung juga dikatakannya sia-sia, lantaran operasional warung dibatasi sampai pukul 20.00 WIB.

Bukan itu saja, para pelanggan disebutnya mengaku takut terjaring operasi protokol kesehatan bila ngopi ditempatnya, walaupun itu siang hari sekalipun.

“Percuma, pengunjung takut masuk warung. Apalagi jam-jam malam itu, habis Maghrib (sudah sepi). Pelanggan takut kena razia,” ujarnya.

Ega pun berharap, kondisi yang terjadi belakangan ini secepatnya berlalu. Kembali seperti sebelum terjadinya wabah Covid-19 hingga menyebabkan pemerintah memberlakukan pembatasan-pembatasan. Ia ingin masyarakat leluasa menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Kasihan, para pedagang. Biasanya dapat segini, sekarang segini. Kasihan,” ucap Ega memungkasi.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul