JEMBER, FaktualNews.co – Jembatan yang menghubungkan Dusun Lamparan dengan Dusun Sumberdandang di Desa Kertosari, Kecamatan Pakusari ambruk sehingga memutus akses jalan, Rabu (27/1/2021) malam.
Jembatan dengan lebar kurang lebih 3 meter dan panjang 5 meter itu, diduga ambruk karena tergerus arus Sungai Mayang yang deras dengan debit airnya yang tinggi karena meluap akibat curah hujan tinggi.
Selain menyebabkan jembatan ambruk, plengsengan sepanjang 200 meter di sisi kanan kiri sekitar jembatan juga ambrol. Selain itu, 3 kandang milik warga juga ambruk dan terpaksa hewan ternak diamankan di halaman warga setempat.
Menurut Kasun Lamparan Buang Slamet, sebelum musibah itu terjadi, sekitar pukul 21.00 WIB muncul retakan jalan di sekitar jembatan.
“Saat itu saya bersama warga memantau lokasi, karena ada kekhawatiran akibat hujan yang terjadi sejak pukul 4 sore kemarin, ditambah ada muncul retakan jalan. Bahkan semakin malam hujan semakin deras. Saat itu debit air juga meninggi,” kata Buang saat dikonfirmasi di lokasi kejadian, Kamis (28/1/2021).
Namun kemudian debit air menurun, Buang bersama warga saat itu membubarkan diri. Karena menganggap kondisi sudah aman.
“Turunnya kurang lebih 20cm, kemudian kita membubarkan diri. Tapi karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan (karena ada retakan di jalan). Di ujung jalan kita beri rambu-rambu peringatan untuk tidak melintas,” katanya.
Namun tiba-tiba sekitar pukul 23.00 WIB, jembatan ambruk dan juga menggerus plengsengan sepanjang 200 meter dari utara sampai selatan. Tepatnya pada bagian kanan kiri sisi aliran sungai.
Akibatnya akses jalan yang merupakan jalur alternatif menghubungkan dua dusun di Desa Kertosari itu terputus.
“Jembatan ini menghubungkan Dusun Lamparan dan Dusun Sumberdandang. Sebagai jalan alternatif. Tapi juga jalur penting bagi warga,” ujarnya.
Terkait jembatan yang ambruk itu, lanjut Buang, diketahui memiliki tinggi kurang lebih 10 meter. Namun kemudian ambruk, katanya, diduga karena hujan deras selama dua hari belakangan dan arus sungai deras dengan debit air yang tinggi.
Selain itu, lanjut Buang, untuk plengsengan di sebelah barat jembatan dan sisi bagian jembatan sebelah selatan.
Sekitar sebulan yang lalu secara swadaya diperbaiki. Karena sempat terjadi longsor, dan anggarannya dari bantuan Kades Kertosari.
“Karena kan anggaran desa tidak ada, jadi dari uang pribadi kades dilakukan perbaikan plengsengan kurang lebih Rp 25 juta biayanya. Sejak itu jembatan aman, tapi ya gak tau kok sekarang ambrol ini,” katanya.
Buang menambakan, jembatan yang ambrol itu dibangun sekitar tahun 1998. “Hingga sekarang ini, belum pernah ada peristiwa seperti ini (jembatan ambrol). Kemudian akibat dari kejadian ini (selain jembatan ambrol dan plengsengan ambruk), juga membuat rusak 3 kandang milik warga. Sehingga sapinya harus dipindah ke tempat aman,” ujarnya.
Sebagai langkah cepat yang dilakukan pihak desa, Buang menambahkan, akan membangun jembatan darurat.
“Sembari menunggu anggaran perbaikan dari pemerintah kabupaten. Mungkin setelah pelantikan bupati baru,” katanya.
Sementara itu, salah seorang warga Rahmansyah mengatakan. Kejadian ambruknya jembatan dan membuat ambrol plengsengan itu mengagetkan warga sekitar.
“Karena tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya,” kata pria yang akrab dipanggil Rahman ini.
Kejadian itupun membuatnya sedikit trauma, apalagi juga merusak kandang sapi miliknya dan juga saudaranya.
“Kandang sapi juga rusak, punya paklek (paman) saya, dan juga punya tetangga. Terpaksa sapinya dipindah sementara sambil nanti diperbaiki,” katanya.
Pascakejadian tersebut, Rahman pun juga mengaku was-was. Karena akibat plengsengan yang juga ambrol dikhawatirkan berdampak ke kandang sapi miliknya.
“Jadi ini saya bersama warga memperbaiki aliran sungai, agar tidak menggerus yang lain, karena hujan juga masih terjadi. Apalagi posisi kandang sapi saya juga dekat sungai. Semoga pemerintah segera memperbaiki plengsengan dan jembatan ambruk tersebut,” ujarnya.