SURABAYA, FaktualNews.co – Pengendara yang biasa melintas di jalan tol Waru – Perak, Surabaya tidak akan asing dengan bangunan apartemen 13 lantai berwarna oranye muda di sisi barat jalan. Gedung lima tower tersebut telah puluhan tahun berdiri sejak 1994.
Konon, bangunan Sejahtera Famili Apartemen di Jalan Manunggal Kebonsari – Jambangan, Kota Surabaya yang selama belasan tahun kosong tak berpenghuni itu segera dirobohkan.
“(Dirobohkan). Kan ini sudah habis semua ini izinnya, 2001 sudah habis,” kata salah seorang petugas jaga apartemen yang enggan namanya disebut kepada media ini, Selasa (26/1/2021).
Pria paruh baya berdarah Maluku ini menambahkan, rencana perobohan gedung sudah bergulir dua tahun silam. Setelah terbit surat Pemerintah Kota Surabaya berdasar kajian teknis yang merekomendasikan pihak pengelola untuk membongkar bangunan.
Namun rencana itu tertunda karena masih ada persoalan ganti rugi. Juga, menunggu barang-barang milik penghuni apartemen dipindahkan.
“Selesai diambil barangnya, (akan dibongkar),” lanjutnya.
Ketika permasalahan itu rampung, giliran wabah Covid-19 datang. Sehingga kontraktor yang mendapat tanggung jawab melaksanakan perobohan gedung kembali membatalkan rencana sampai batas waktu yang belum ditentukan.
“Ini cuma masalah Covid-19 doang, jadi permasalahannya ini kontraktor jadi maju mundur,” tandasnya.
Nantinya kata dia, tidak semua tower apartemen penuh cerita mistis tersebut akan diratakan. Pihak pengelola kemungkinan membiarkan tower 4 dan 5 kemudian melanjutkan pembangunan yang sempat terhenti akibat krisis moneter tahun 1998 lalu.
Dihimpun dari berbagai sumber, bangunan Sejahtera Apartemen Famili disebut-sebut satu diantara sejumlah gedung mewah pada masanya di Kota Pahlawan. Gedung milik PT Margamas Griya Realty tersebut dibangun pada tahun 1994, tiga tahun lebih muda dari Tunjungan Plaza 2 Surabaya.
Sebelum kondisi bangunan mengerikan seperti sekarang ini, berbagai fasilitas banyak dijumpai didalamnya. Seperti Coffee Shop, Drug Store, Meeting Room, Swimming Pool dan tempat Sauna and Fitnes. Fasilitas yang disediakan waktu itu berhasil menyedot minat kalangan atas untuk membeli unit apartemen.
“Ada pak Haji Agus Salim yang punya pom bensin. Banyaklah, orang kaya-kaya semuanya,” ucapnya.
Berjalannya waktu, persaingan hunian bergengsi di Surabaya semakin ketat. Hal inilah diduga menjadi penyebab turunnya daya tarik apartemen, dan tahun 2002 manajemen resmi menghentikan operasi.
Sejak saat itu, kesan angker menggelayuti gedung. Tanaman liar tumbuh dan menjalar diatas lahan seluas 4 hektar tersebut. Jika petang tiba, suasana gelap gulita karena tidak ada lampu menyala di unit-unit apartemen. Hanya ada satu dua orang tampak tetap aktif bekerja di kala siang.
“Didalam itu (ada orang). Cuma saya yang jaga, sama ada koordinatornya cuma jarang kesini,” tutupnya.