Hiburan

Sineas Muda Jember Angkat Prostitusi Lewat Karya Film, Ditayangkan di Bioskop

JEMBER, FaktualNews.co – Sineas muda Jember menayangkan film tentang dunia prostitusi terselubung yang berada di wilayah Kabupaten Bondowoso dan Jember, Minggu (31/1/2021).

Melalui film fiksi yang tayang selama 24 menit, masyarakat akan mengetahui gambaran keluarga terpaksa menggeluti dunia prostitusi lawas selama sekitar 40 tahun.

Film berjudul ‘Buk Ri’ ini menggambarkan intrik problematika keluarga, kaitannya dengan desakan memenuhi kebutuhan ekonomi hingga harus menjual anaknya sendiri. Bahkan menjalankan bisnis prostitusi hingga kini mencapai 3 generasi.

“Film berjudul Buk Ri ini menayangkan secara fiktif tapi tidak jauh dari kisah sebenarnya. Dari sebuah problematika keluarga untuk memenuhi kebutuhan ekonomi hingga harus terjun ke dunia prostitusi. Bahkan riset yang harus saya lakukan dengan terjun langsung ke lokasi prostitusi di sebuah desa di Bondowoso, dan juga ada di Jember khususnya wilayah dekat kampus,” kata Penata Kamera Film Muhammad Ahsani di Bioskop Kota Cinema Mall (KCM) Jember.

Pria yang akrab dipanggil Sani ini sedikit menceritakan isi dalam film. Bahwa film yang digarap olehnya itu, ingin menunjukkan sisi masyarakat yang termarjinalkan, dan terbentur pada persoalan kebutuhan ekonomi.

“Sehingga dengan terpaksa terjun ke dunia prostitusi, namun dikala harus berhenti dari dunia yang sudah 3 generasi menghidupi keluarganya itu, mencari cara untuk mengakhiri bisnisnya itu. Meskipun diliputi keraguan, tapi kemudian benar-benar harus berhenti ketika ada persoalan hukum karena ada kasus penusukan salah seorang pelanggan di lokasi prostitusi tersebut,” jelasnya.

Pembuatan film itu, kata Mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Televisi dan Film (PSTF) Universitas Jember ini, sebagai bentuk tanggung jawab menyelesaikan studi pendidikan yang dijalaninya.

“Saya menggarapnya dengan 2 orang teman lainnya, sebagai sutradara, dan juga penulis naskah film. Tapi berharap juga bisa memberi edukasi kepada masyarakat tentang sisi yang tidak pernah terkuak tentang Dunia Prostitusi itu sendiri,” katanya.

Namun film yang digarapnya itu, kata Sani, hanya tayang selama satu hari dengan dua kali penayangan. “Hanya hari ini, Minggu (31/1), tayang pukul 7 dan pukul 8 malam. Tapi semisal ditayangkan berikutnya, nanti akan kami koordinasikan dengan pihak bioskop,” katanya.

Sementara itu Manager On Duty KCM Jember Purnomo mengatakan, bioskop yang dikelolanya mengapresiasi para sineas muda Jember terutama yang memiliki komunitas tertentu. Sehingga film lokal yang meskipun bertujuan untuk kebutuhan studi, tetapi bisa tayang di layar sinema bioskop.

“Karena KCM mengusung konsep yang mendukung komunitas. Sehingga jika ada sineas muda yang memiliki komunitas tertentu bisa berkolaborasi dengan kami,” kata Purnomo, terpisah.

Namun demikian, katanya, dengan mengapresiasi sineas muda, diharapkan dunia perfilman meskipun di kelas lokal Jember bisa mendapat tempat untuk diapresiasi.

“Karena di Jember dunia perfilman cukup berkembang, apalagi di Unej ada PSTF yang merupakan lembaga pendidikan yang memang menghasilkan sineas-sineas muda berpotensi,” kata pria yang juga memiliki hobi menonton ini.

“Apalagi yang diangkat seperti sekarang ini, film yang mengangkat sisi lain dari dunia prostitusi, yang terselubung di Jember, juga sudah ada sejak sekitar 30 tahunan yang lalu. Jadi bisa menjadi edukasi positif,” tandasnya.