BANYUWANGI, FaktualNews.co-Kabupaten Banyuwangi sejak dulu lama kerap dikaitkan dengan hal mistis. Bahkan, mendapat sebutan kota santet yang konotasinya seringkali sebagai hal negatif. Banyak orang menilai santet digunakan untuk membuat orang menderita hingga mati.
Padahal bagi masyarakat Banyuwangi sendiri, santet tidak dimaknai sesempit itu. Santet tidak sebagai hal negatif, karena artinya adalah pemikat hati lawan jenis.
“Salah pengertian sebenarnya jika santet itu dikonotasikan sebagai hal negatif. Sebenarnya santet itu bagian dari budaya kita. Yakni pemikat hati,” kata budayawan Banyuwangi, Juwono, Kamis (4/1/2021).
Juwono menyebutkan, citra santet yang di kalangan luas di persepsikan sebagai hal yang negatif itu sangat merugikan masyarakat Banyuwangi. “Karena salah pengertian itu pula yang mau berkunjung ke Banyuwangi jadi takut. Ini merugikan,” tambah Yuwono.
Budayawan Banyuwangi lainnya, Adi Purwadi menyebut dikenalnya istilah santet seolah melekat dikaitkan dengan kota atau kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu bermula saat peristiwa pembantaian yang dikenal dengan tragedi santet pada 1998.
“Asal muasal dikenal kota santet waktu itu tragedi yang menewaskan 100 jiwa lebih orang yang dianggap dukun santet di Banyuwangi. Padahal yang dibunuh sebagian besar guru ngaji,” katanya.
Sedangkan istilah dukun sendiri, menurut Adi Purwadi, sebenarnya bukan profesi hina atau jahat. Sebab, sambung Kang Pur (sapaan akrab Adi Purwadi), dukun artinya pawang pengobatan alternatif yang sekarang lebih dikenal sebagai Tabib.
“Karna kita cinta dengan kebudayaan. Istilah dukun itu khas Banyuwangi, yang artinya pawang pengobatan alternatif, atau sekarang banyak disebut sebagai tabib,” jelasnya.