FaktualNews.co

Mencari Lokasi Ujung Galuh dan Cangu di Surabaya

Liputan Khusus     Dibaca : 2136 kali Penulis:
Mencari Lokasi Ujung Galuh dan Cangu di Surabaya
FaktualNews.co/Istimewa/
Peta Surabaya tahun 1825.

SURABAYA, FaktualNews.co – Tinjauan terhadap sejumlah data tulisan kuno hingga geografis tentang Surabaya menegaskan kembali jika kota ini dalam sejarahnya dibangun dari bantaran muara sungai, Ujung Galuh hingga Cangu.

Kedua tempat itu dulunya ramai, sebagai pintu masuk para saudagar berbagai negeri untuk mengambil barang dagangan di wilayah ini. Ujung Galuh di utara, bantaran muara Kali Mas. Sedangkan Cangu di bagian selatan, bantaran Sungai Brantas.

Sebenarnya peta lokasi Ujung Galuh dan Cangu tergambar jelas dalam peta kuno keluaran tahun 1300-an, yang dibuat setelah kemenangan Raden Wijaya melawan pasukan Tar-tar Mongolia. Namun sayang, peta itu hilang.

“Dikabarkan dibawa oleh tentara Tar-tar ke negeri asalnya setelah ekspedisinya ke Tanah Jawa gagal,” tulis Nanang Purwono dalam buku Sourabaya Kampung Belanda di Bantaran Jalur Perdagangan Kali Mas, 2011:9.

Sehingga untuk mencari lokasi persis Ujung Galuh dan Cangu, perlu menggali dari sejumlah data otentik berupa prasasti hingga tulisan-tulisan buku kuno seperti Prasasti Kelagen, Prasasti Ngadat, buku Chu Fan Chi, kronik Cina, buku Pararaton, buku Harya Wijaya dan buku WP Groeneveldt.

Sementara data geografis Surabaya pada masanya, penulis berpegang pada peta kuno lain berbahasa Perancis. Peta ini diperkirakan dibuat pada abad 17 – 18 saat VOC Belanda masih berkuasa.

Ujung Galuh

Prasasti Kelagen peninggalan abad ke-11 menyebutkan, Ujung Galuh pada waktu itu merupakan bandar interinsuler Nusantara. Para nelayan digambarkan hilir mudik untuk mengambil barang dagangan melalui tempat itu.

“Prasasti ini ditemukan di Dukuh Kelagen Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo,” lanjutnya.

Melalui buku Chu Fan Chi buatan Chu Yu Kua tahun 1220 disebut pula, Ujung Galuh terletak di sebuah teluk yang menghasilkan bay salt atau garam teluk. Sehingga diperkirakan, tempat bersejarah tersebut menghadap langsung ke laut lepas atau sekarang sekitar muara Kali Mas Surabaya.

Cangu

Bersumber dari kronik Cina (WP Groneveldt, Dinasti Yuan:1293) menjelaskan bahwa Ujung Galuh memiliki banyak tempat berlabuh, salah satu berair tawar. Dermaga ini kemudian menjelma jadi jujukan armada Tar-tar karena air disana bisa dipakai untuk membersihkan tiram yang menempel pada bodi kapal.

Dalam sebuah ekspedisi ke Tanah Jawa, pasukan Tar-tar yang dikirim Kubilai Khan untuk menghukum Raja Kertanegara berpencar menjadi tiga tim. Kemudian mereka bertemu di Pa Tsieh (The Small River of Pa Tsieh).

“Pada peta agrarian Kotamadya Surabaya 1939 masih disebut adanya Desa Pacekan (Pa Tsieh An) di Wonokromo. Tepatnya di lokasi penyaringan air Kotamadya Surabaya. Kiranya apa? Yang disebut Pa Tsieh An oleh Cina adalah Pacekan,” tandas Nanang Purwono masih di buku yang sama:11.

Kemudian di buku Harsya Wijaya, tertulis berbahasa Jawa ‘Mangke wus wonten Jung Galuh sampun akukuto lor ikang Tegal Bobot Sekar sampun cirno linuran punang deca, tepi siring ing Cangu’.

“Kalimat itu dengan tegas menyebutkan adanya Desa Cangu di sebelah utara Tegalsari,” katanya:12

Berdasar data-data diatas, penulis menyimpulkan jika Surabaya dibangun dari muara sungai dengan Ujung Galuh dan Cangu-nya. Sebagai pintu masuk ke pedalaman Pulau Jawa sampai Tulungagung hingga abad ke 20 melalui Kali Mas.

“Karena adanya pengaruh vulkanis dan iklim selalu berpindah dari selatan ke utara mulai Waru sampai Ampel. Maka lokasi Surabaya Ujung Galuh di sekitar tahun 1300 makin jadi jelas,” pungkas dia:13

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul