SURABAYA, FaktualNews.co – Ada cerita menarik yang mengemuka diantara gonjang-ganjing pendirian rumah sakit covid-19 milik PT Siloam International Hospitals di komplek mal City of Tomorrow (Cito) Surabaya.
Bukan hanya soal penolakan pemilik stan maupun keresahan warga Dukuh Menanggal Surabaya atas pendirian rumah sakit kontroversial tersebut. Melainkan tentang ‘sogokan’ alias aksi bagi-bagi duit yang diduga dilakukan oleh pihak Siloam kepada penduduk sekitar.
Catur Widodo (47) warga RT 2 RW 3 Kelurahan Dukuh Menanggal mengungkapkan, mulanya ‘sogokan’ itu ia ketahui berdasar cerita tetangga yang mengaku diberi duit oleh orang suruhan Siloam.
Pengakuan itu disampaikan kepada Catur disela musyawarah lingkungan untuk membahas keberatan warga tentang penggunaan jalan kampung sebagai akses keluar masuk rumah sakit.
“Waktu itu warga ngajak kumpul di rumah saya, mas Catur iki piye. Kita nggak pernah diajak bicara, pagi-pagi, ujug-ujug (tiba-tiba) ada uang Rp 200 ribu,” tutur Catur kepada FaktualNews.co (Kelompok Faktual Media), Senin (8/2/2021).
Uang tersebut dikatakan Catur, diberikan kepada delapan orang, alih-alih sebagai kompensasi dampak pembangunan rumah sakit karena lokasinya berdekatan dengan rumah warga. Namun kata dia, uang tersebut sepakat mereka tolak.
“Sampean terimo pak? Ndak mas, jarene pean gak oleh nerimo (duit sampean terima pak? Ndak mas katanya nggak boleh terima),” lanjutnya bercerita.
Peristiwa itu kemudian dianggap warga sebagai bentuk kesombongan pengelola serta sinyalemen supaya masyarakat tidak berpolemik atas pendirian rumah sakit. Padahal kata Catur Widodo, warga Dukuh Menanggal mulanya biasa saja. Cuma keberatan jika jalan kampung dipakai sebagai akses keluar masuk rumah sakit.
“Artinya warga ini ditantang. Koen njalok kompensasi piro? (Kamu minta kompensasi berapa),” lanjutnya.
Perwakilan warga Dukuh Menanggal selanjutnya mendatangi pihak pengelola rumah sakit di mal Cito untuk meminta penjelasan. Dalam pertemuan itu dikatakan Catur, PT Siloam mengaku berbuat kesalahan.
Pertemuan juga mengungkap dugaan korupsi dana ‘sogokan’. Karena semestinya dana sebesar Rp 3 juta yang dialokasikan untuk 12 orang, hanya akan diberikan kepada delapan orang saja, masing-masing Rp 200 ribu.
“Yang bikin mereka (Siloam) kaget itu, kompensasi yang Rp 200 ribu itu. Yang kata mereka untuk 12 orang, sebesar Rp3 juta. Ternyata, yang bagi itu saya ndak tahu, itu hanya ada delapan orang Rp 200 ribuan,” aku dia.
PT Siloam International Hospitals juga meminta maaf kepada warga. Sebagai bentuk permohonan maaf, Siloam memberikan dana sebesar Rp 10 juta. Warga pun menerima dengan syarat bahwa dana tersebut hanya untuk kompensasi pekerjaan bukan kesepakatan membuka akses jalan rumah sakit ke pemukiman.
Oleh perwakilan warga kemudian uang tersebut disebar kepada 30 Kepala Keluarga di RT 2 RW 3 Kelurahan Dukuh Menanggal. Besaran uang yang diterima disesuaikan menurut jarak rumah warga terhadap lokasi proyek RS Covid-19 milik Siloam.
“Disesuaikan dengan dampak yang dialami, yang terdekat itu sekian persen. Bervariasi,” katanya.
“Jadi (rumah) di depan sendiri itu dengan proyeknya itu kita sepakat nih, bukan kita yang ngatur. Tapi sepakat warga itu lebih besar. Setelah dihitung-hitung itu ketemunya di angka Rp 400 ribu. Jadi Rp 400 ribu, Rp 300 ribu, Rp 200 ribu dan Rp 100 ribu,” tandasnya.
Dilain kesempatan, media ini kemudian menghubungi pihak Siloam untuk mengklarifikasi atas peristiwa serangan fajar yang terjadi. Namun belum ada pihak yang berkenan memberikan pernyataannya. Nomor telepon Jimmy Rambing selaku PR and Media Relation PT Siloam International Hospitals, tak merespon ketika dikirim pesan Whatsapp maupun di telepon.