FaktualNews.co

Bentuk Toleransi Antar-Umat Beragama, Klenteng di Jember Ini Pekerjakan Warga Beda Keyakinan

Peristiwa     Dibaca : 887 kali Penulis:
Bentuk Toleransi Antar-Umat Beragama, Klenteng di Jember Ini Pekerjakan Warga Beda Keyakinan
FaktualNews.co/hatta
Miroso saat menyiapkan lilin untuk umat Konghucu yang akan beribadah

JEMBER, FaktualNews.co-Ada yang cukup menarik saat perayaan Tahun Baru Imlek di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Klenteng Pay Lien San, di Desa Glagahwero, Kecamatan Panti, Jumat (12/2/2021).

Sebab tempat ibadah ternyata mempekerjakan warga setempat yang bukan penganut Tri Dharma sebagai tenaga sekuriti klenteng. Dialah Miroso. Pria umur sekitar 45 tahun itu telah puluhan tahun bekerja di Klenteng Pay Lien San. Bahkan untuk kunci Klenteng pun dipercayakan kepadanya.

“Saya bekerja di Klenteng ini sejak masih remaja, sekitar tahun 1979. Bahkan tidak hanya saya, tetapi pekerjaan kaitannya kebersihan Klenteng juga dibantu oleh istri saya,” kata Miroso, Jumat (12/2/2021).

Bahkan menurut Miroso, Klenteng Pay Lien San juga merupakan lokasi awal pertemuan dirinya dengan sang istri.

“Sehingga kita berjodoh dan menikah, bahkan hingga anak saya sudah dewasa. Saya dan istri bekerja membantu kebersihan di sini (Klenteng),” ungkapnya.

Tidak hanya bertanggung jawab soal kebersihan, katanya, untuk keamanan tempat ibadah bagi kaum Tionghoa itu. Juga dipercayakan kepadanya.

“Karena kuncinya pun juga saya pegang. Klenteng ini buka dari pukul 5 pagi sampai jam 8 malam. Ya saya bekerja di sini dan bertanggung jawab untuk kebersihan dan keamanannya,” ucap pria yang juga akrab dipanggil Sugik ini. Karena tradisi warga setempat, anak pertama menjadi panggilan akrab dirinya.

Setiap harinya, Miroso pun selalu membersihkan debu yang menempel di sudut-sudut Klenteng. Bahkan juga bekas hio atau lilin yang sudah dibakar.

Namun demikian, juga diakuinya, para umat Tionghoa yang ada di sekitar Klenteng tidak mempermasalahkan pekerjaan yang dilakoni Miroso dan istrinya. Karena dirinya pun juga memiliki pekerjaan lain sebagai seorang petani bersama istri.

“Selama saya bekerja di Klenteng, tidak pernah ada masalah. Bahkan semua jemaah yang hadir untuk sembahyang menghargai saya. Meski mereka tahu saya seorang muslim,” ucapnya.

Bahkan selain upah yang diterima dari bekerja, katanya, juga terkadang ada tip tambahan dari yang beribadah di klenteng. “Saya warga sini, sejak saya kecil tinggal di sini (dekat Klenteng) Alhamdulillah tidak ada masalah atau gesekan apapun,”katanya.

Karena menurutnya, warga menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama. Kemudian saling toleransi antar umat beragama, apalagi kaitannya ibadah.  Ditambahkan, prinsip saling menghargai tak hanya ditunjukan oleh pengunjung klenteng. Warga sekitar pun yang mayoritas muslim juga menjunjung toleransi umat beragama.

Sugik, warga setempat mengaku sejak kecil dan besar di Glagahwero, tidak pernah ada gesekan antar umat beragama disana. Bahkan tepat di seberang TTID Pay Lien San berdiri Masjid Al-Baroqah. “Jadi meskipun ada perayaan di Klenteng , pengunjung TTID Pay Lien San tetap menghargai suara azan yang berkumandang dari masjid Al-Baroqah, ataupun sebaliknya,” ucapnya.

“Suara doa umat di Klenteng juga tidak keras. Bahkan diam sejenak. Saat salat pun, juga menghargai. Jika Salat selesai, jika bertepatan ada kegiatan di Klenteng, yang muslim mempersilakan dan saling menghargai,” imbuhnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah
Tags