FaktualNews.co

Imlek 2021

Rakyat Tionghoa Turut Berjuang di Surabaya untuk Indonesia Merdeka

Peristiwa     Dibaca : 2130 kali Penulis:
Rakyat Tionghoa Turut Berjuang di Surabaya untuk Indonesia Merdeka
Tentara Chungking turut mati-matian menyerang pertahanan Inggris dalam pertempuran 10 November di Surabaya, (Istimewa).

SURABAYA, FaktualNews.co – ‘Rakjat Tionghoa poen insjaf akan hal ini. Dengan bekerdja bersama, bahoe membahoe dengan bangsa Indonesia. Rakjat Tionghoa toeroet berjoeang di Soerabaja oentoek Indonesia merdeka’

Majalah Merdeka secara khusus mengulas tentang pertempuran 10 November 1945, dengan judul ‘Rakjat Tionghoa Toeroet Membantoe kita’. Tulisan itu dipersembahkan untuk memperingati enam bulan kemerdekaan Republik Indonesia,17 Agustus 1946.

Ketika Kota Surabaya dibombardir tentara sekutu. Etnis Tionghoa di kota pahlawan membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Chungking. Turut bersama arek-arek Suroboyo menyerbu ke gelanggang pertempuran.

TKR Chungking dibentuk berkat imbauan pemimpin-pemimpin pemberontak rakyat yang menyerukan etnis Tionghoa di seluruh Pulau Jawa merapatkan barisan membentuk satuan tempur melawan serangan tentara Inggris.

“Pemboman yang membabi buta itu meminta amat banyak korban dari kalangan penduduk terutama penduduk Tionghoa, yang tinggal di Kramat Gantung. Oleh karena itu pemimpin-pemimpin tentara pemberontak rakyat menyeru kepada penduduk Tionghoa seluruh Jawa untuk menyusun suatu Tentara Keamanan Penduduk Tionghoa. Dan mengibarkan bendera Tiongkok sebagai panji-panji perang,” demikian siaran radio pemberontak rakyat, 13 November 1945.

Radio pemberontak juga menegaskan adanya perbedaan sikap antara pemerintahan Inggris dengan pemerintahan Tiongkok soal situasi di Indonesia. Wilayah selatan Indo China dan Indonesia yang diurus Inggris kacau balau karena sepak terjang Inggris sehingga mendesak perlunya dibentuk TKR Tionghoa atas dukungan pemerintahan Chungking.

Bermodal senapan Karaben 98 K dan helm baja-Fritz Helmet-peninggalan Nazi Jerman, para pemuda tionghoa terlibat peperangan sengit. Mati-matian mempertahankan Kota Surabaya dari serangan musuh. Entah bagaimana ceritanya, senjata dan perlengkapan tentara milik Nazi Jerman itu bisa digunakan TKR Chungking di Surabaya.

Berdasar catatan pada tahun 1930, Nazi Jerman memang beberapa kali diketahui memasok senjata dan perlengkapan tempur bagi pemerintahan Chungking di Cina daratan untuk membantu mewujudkan industrialisasi dan menimbun banyak senjata. Namun Jerman akhirnya bersekutu dengan rival Cina, yaitu Jepang. Kemungkinan senjata inilah yang kemudian dipasok untuk pemuda Tionghoa di Jawa.

Keterlibatan etnis Tionghoa kala pertempuran 10 November di Surabaya bukan hanya berperan sebagai serdadu perang. Kelengkapan TKR Chungking seperti palang merah juga tampak serta memberi pertolongan kepada semua korban perang, termasuk kepada korban tentara bumiputra.

Satuan medis Palang Biru, sayap Angkatan Muda Tionghoa (AMT) bentukan Siauw Giok Tjhan dan Siauw Giok Bie dari Kota Malang. Juga diberangkatkan ke utara, ikut andil dalam aksi kemanusiaan memberi pertolongan korban pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

Operasi yang dilakukan Palang Biru AMT tercatat hingga ke kawasan Jembatan Merah Surabaya. Mereka juga mensuplai ransum bagi para prajurit tempur.

Diluar TKR Chungking, para pemuda Tionghoa juga sebagian bergabung bersama Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) pimpinan Bung Tomo. Seperti Giam Hian Tjong dan Auwyang Tjoe Tek, ahli amunisi dan peledak asal Tiongkok. Serta The Djoe Eng, atlit sepak bola dari Lasykar Merah. Lalu dari Minahasa, kesatuan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) beranggota mayoritas etnis Tionghoa pun menggabungkan diri.

Agresi sekutu di Surabaya menimbulkan banyak korban jatuh dari kalangan penduduk Tionghoa, diperkirakan mencapai 1.000 orang dari etnis ini tewas. Kemudian 5.000 lainnya luka-luka. Belum lagi korban dari kalangan pejuang bumiputra.

Pertempuran berakhir di Gunungsari Surabaya, dengan korban total sebanyak 20.000 orang. Dan korban di pihak sekutu mencapai 1.500 orang. Pertempuran Surabaya adalah pertempuran terakhir yang dihadapi militer Inggris semasa Perang Dunia II. Inggris kehilangan dua jenderal dalam pertempuran ini, yakni Brigadir General Aubertin Walther Sothern (AWS) Mallaby dan Brigadir General Robert Guy Loder Symonds yang kini dimakamkam di Jakarta.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
S. Ipul