LUMAJANG, FaktualNews.co-Kerap kerbau yang sering digelar peternak di Kabupaten Lumajang saat menjelang musim tanam padi belum mampu menyerap wisatawan dari luar daerah, apalagi wisatawan mancanegara.
Kodir salah satu peternak kerbau asal desa Dawuhan Wetan Kecamatan Rowokangkung mengatakan, kebudayaan kerap kerbau yang dipertahankan ini sudah turun temurun sebagai tradisi menyambut musim tanam padi dimulai.
Kebudayaan yang sudah ada di Kabupaten Lumajang bagian utara dan timur ini belum menjadi daya minat wisatawan dari luar datang meskipun punya keunikan cara kerapatan (pacuan-red).
“Tidak banyak yang tahu kesenian tradisional kerap kerbau yang selama ini digelar peternak kerbau Lumajang. Padahal unik. Dan keunikannya berada pada tempat atau area kerap. Bila kerap sapi lokasinya berada di tanah kering, kerap kerbau di yang berlumpur,” kata peternak kerbau ini, Minggu (14/02/2021).
Sebagai peternak kerbau, Kodir berharap kebudayaan yang selalu dipertahankan ini mendapat perhatian pemerintah setempat untuk mempromosikan kebudayaan lokal Lumajang tersebut.
Bila itu dilakukan tentu sudah mendukung untuk mempertahankan kebudayaan kerap kerbau. Tentu efek dari kunjungan wisatawan yang hadiri akan menaikkan harga jual kerbau.
“Kami harap pemerintah punya agenda kerapatan yang bisa dipromosikan menjadi salah satu kegiatan kunjungan di Lumajang”, ucap Kodir.
Romo peternak kerbau asal desa Dawuhan Wetan Kecamatan Rowokangkung, berpendapat, kegiatan kerap yang digelar hampir setiap menjelang musim tanam itu sebenarnya bisa menjadi agenda pariwisata oleh pemerintah.
Romo mewakili teman-temannya tidak menepis anggapan, kerap kerbau pernah ada didatangi wisatawan asing. Dan itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi peternak kerbau.
“Pernah turis datang dan itu memberi semangat dan kebanggaran bagi peternak, karena kegiatannya dilihat orang luar negeri. Tentu dengan kedatangan turis telah menjadi corong pengenalan budaya seni kerap kerbau,” pungkas Romo.