SURABAYA, FaktualNews.co-Santi Marisa, ibu rumah tangga warga Donorejo Selatan, Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Simokerto, Surabaya wadul alias mengadu ke DPRD Kota Surabaya di Fraksi PDI Perjuangan, Senin (15/2/2021).
Dia menceritakan kesulitan hidupnya hingga menggadaikan handphone satu-satunya senilai Rp 300 ribu ke koperasi untuk biaya hidup. Padahal, HP tersebut amat vital, karena untuk belajar anaknya lewat daring (dalam jaringan/online). Dia meminta bantuan untuk menebus HP tersebut.
Ahmad Hidayat, Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya menjelaskan, ibu rumah tangga ini datang meminta bantuan agar HP yang sudah digadaikan bisa dibantu menebus. Karena, handphone itu untuk belajar lewat daring anaknya di Sekolah Dasar (SD).
“Ibu ini datang ke Fraksi PDI Perjuangan untuk meminta bantuan agar HP yang sudah digadaikan bisa dibantu ditebus, karena digunakan sekolah daring anaknya,” kata Ahmad Hidayat, Sekretaris DPC PDI Kota Surabaya, usai menemui ibu tersebut, Senin (15/2/2021) sore.
Ditambahkan Ahmad, ibu ini sebenarnya masuk sebagai Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Seharusnya, ibu ini mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya.
Selain itu, HP yang ia gadaikan ke koperasi tersebut sebenarnya untuk sekolah daring anaknya. Karena di massa Pandemi Covid-19 saat ini, sekolah tidak dilakukan tatap muka, melainkan dengan sistem daring.
“Ibu muda ini sebenarnya masuk sebagai MBR, seharusnya bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah. Khsusnya dinas pendidikan untuk solusi belajar daring bagi anak ibu itu,” tambahnya.
Bahwa kejadian ini adalah keprihatinan bagi semuanya. Apalagi saat ini Pandemi Covid-19, banyak warga yang merasa berat dengan sistem daring sebagai upaya Pemerintah memutus Covid-19.
Namun disisi lain, bahwa sistem ini sebenarnya sangat memberatkan masyarakat. Apalagi untuk membeli paket data internet, untuk sistem belajar mengajar.
“Saya banyak terima keluhan dari warga surabaya, bahwa banyak dari mereka yang mengeluh dengan sistem daring. Karena mereka tidak bisa membeli paket data internet,” jelasnya.
Diharapkan dengan adanya peristiwa ini, Dinas Pendidikan Kota Surabaya bisa mencari solusi terbaik. Meski pendidikan dengan sistem daring, namun semua anak didik masih bisa belajar mengajar.