NGANJUK, FaktualNews.co – Kapolres Nganjuk, AKBP Harviadhi Agung Pratama menyatakan, mie ayam yang di konsumsi pengungsi dan relawan longsor di Dusun Selopuro, Desa/ Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk mengandung formalin.
Kesimpulan ini berdasarkan hasil pengecekan sampel makanan yang dilakukan pihak kepolisian.
Harviadhi menjelaskan, pihaknya menerima laporan bahwa ada sejumlah orang yang mengalami mual, muntah, pusing dan diare sekitar pukul 22.00 WIB, Kamis (18/02/2021). Mereka terdiri dari pengungsi dan relawan.
“Kemudian kami turunkan satu unit timsus dan juga inafis dari Satrekrim Polres Nganjuk untuk melakukan penyelididikan tadi malam. Diperoleh hasil bahwa gejala yang dialami oleh masyarakat diduga berasal dari kecarunan makanan yaitu berupa mi ayam yang dikemas dalam bentuk cup siap saji,” kata Harviadhi, Jumat (19/02/2021).
Menurutnya, mi ayam tersebut diperkirakan berasal dari masyarakat yang merupakan sumbangan makanan.
“Jadi saya klarifikasi bukan berasal dari posko dapur umum. Tetapi kiriman makanan dari masyarakat yang memberikan bantuan,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, polisi sudah melakukan security food test oleh kedokteran kepolisian dari kRS Bhayangkara Nganjuk. Tes itu dilakukan terhadap sampel makanannya. Yaitu kuahnya, sambelnya, saosnya, mienya, sayurannya, kecap, dan bumbu minyak.
“Diperoleh hasil, empat indikator. Untuk sianida arsenik hasil nol, tetapi untuk formaldehida hasil security-nya adalah 10. Artinya makanan tersebut mengandung formaldehida baik dari mienya maupun saos, dan juga kecap termasuk minyak bumbu. Jadi formalin ini yang menyebabkan sebagian masyarkat mengalami mual, muntah, pusing, dan diare,” ungkap dia.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 21 orang pengungsi dan relawan bencana longsor di Dusun Selopuro, Desa/ Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk mengalami keracunan massal, Jumat (19/02/2021) dini hari.
Mereka mengakami keracunan diduga setelah menyantap mi yang diberikan oleh donatur.
Awalanya, para korban memakan mie dari donatur yang dibagikan mulai Kamis (18/02/2021) siang hingga sore hari. Namun, sejak pukul 22.00 WIB para korban mulai merasakan mual, muntah dan pusing serta diare.