Miss V Terasa Panas? Wapadai 9 Kemungkinan Ini
SURABAYA, FaktualNews.co – Sensasi panas pada area kewanitaan tidak boleh diremehkan. Bisa jadi, pada pada Miss V itu merupakan tanda adanya gangguan kesehatan yang perlu segera ditangani.
Perempuan yang mengalami kondisi tersebut biasanya merasakan sensasi panas di bagian labia, klitoris dan lubang vagina.
Munculnya rasa panas pada Miss V bisa diperparah dengan aktivitas-aktivitas yang melibatkan organ intim ini, seperti buang air kecil atau berhubungan badan.
Berikut adalah sejumlah penyebab Miss V terasa panas yang dilansir SehatQ.
1. Iritasi
Beberapa objek atau bahan kimia dapat menyebabkan vagina mengalami iritasi. Kondisi ini dikenal dengan sebutan dermatitis kontak.
Sabun, kain, hingga parfum dapat menyebabkan vagina teriritasi. Selain terasa panas, gatal dan nyeri juga bisa muncul sebagai gejala iritasi.
Cara mengatasi iritasi vagina adalah dengan menghindari berbagai macam objek yang menyebabkan Miss V teriritasi. Selama masa penyembuhan, jangan menggaruk bagian vagina agar proses pemulihannya dapat berjalan lancar.
2. Vaginosis bakterialis
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), vaginosis bakterialis adalah penyebab umum infeksi vagina yang dirasakan wanita berusia 15-44 tahun.
Vagina terasa panas adalah salah satu gejala umum dari penyakit ini.
Tidak hanya itu, vaginosis bakterialis juga dapat menyebabkan gejala lain, di antaranya:
• Cairan berwarna abu-abu atau putih dari vagina
• Nyeri
• Gatal
• Bau tidak sedap, terutama setelah berhubungan badan.
Mengidap vaginosis bakterialis dapat meningkatkan risiko terserang penyakit menular seksual. Dokter biasanya akan memberikan obat antibiotik untuk mengatasi vaginosis bakterialis.
3. Infeksi ragi vagina
Infeksi ragi vagina (yeast infection) dapat mengundang sensasi panas pada vagina. Gejala lain dari infeksi ragi vagina meliputi gatal-gatal, rasa nyeri, sakit saat berhubungan intim, rasa tidak nyaman saat buang air kecil, hingga keluarnya cairan dari vagina.
Wanita yang sedang mengandung, menggunakan alat kontrasepsi hormonal, mengidap diabetes, atau memiliki sistem imun tubuh lemah, lebih berisiko menderita infeksi ragi vagina.
Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan antijamur dalam bentuk krim atau kapsul untuk mengobatinya.
4. Infeksi saluran kemih
Selain menyebabkan miss V terasa panas saat buang air kecil, infeksi saluran kemih juga bisa memunculkan gejala mengganggu lainnya, seperti rasa kebelet buang air kecil, sakit saat kencing, warna urine yang buram dan berbau tak sedap, darah pada urine, sakit di bagian perut bawah, hingga merasa lelah.
Dokter lazimnya akan memberikan obat antibiotik untuk mengatasi infeksi saluran kemih. Dalam beberapa kasus, biasanya infeksi saluran kemih akan sembuh dalam waktu 5 hari.
5. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit. Hanya 30 persen penderita trikomoniasis yang akan mengalami gejala.
Sensasi panas pada vagina merupakan gejala umum dari penyakit ini. Gatal, kulit kemerahan, rasa tak nyaman saat kencing, hingga keluarnya cairan dari vagina juga dapat terjadi.
Trikomoniasis dapat diobati dengan obat oral seperti, metronidazole atau tinidazole.
6. Gonore
Penyakit menular seksual lainnya yang mampu menyebabkan Miss V terasa panas adalah gonore. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bernama Neisseria gonorrheae yang mengakibatkan selaput lebdir leher rahim, rahim, dan saluran tuba mengalami infeksi.
Gonore dapat menyebabkan vagina terasa panas saat sedang kencing. Ditambah lagi, penyakit menular seksual ini umumnya dirasakan wanita 15-24 tahun ini juga bisa memunculkan gejala lain, seperti rasa nyeri saat kencing, keluarnya cairan dari vagina, sampai perdarahan vagina.
Kombinasi obat ceftriaxone dan azithromycin atau doxycycline biasanya diresepkan oleh dokter untuk mengobati penyakit ini.
7. Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Sebuah penelitian menyatakan, 70 persen penderita klamidia tidak akan mengalami gejala.
Namun, saat gejalanya muncul, rasa panas pada vagina dapat timbul. Selain itu, klamidia juga dapat menyebabkan keluarnya cairan dari vagina, rasa sakit saat kencing dan berhubungan intim, hingga perdarahan saat berhubungan badan.
Klamidia dapat diobati dengan obat antibiotik azithromycin dan doxycycline yang diresepkan oleh dokter.
8. Herpes genital
Herpes genital dapat menular lewat kontak fisik dengan penderitanya. Wanita lebih berisiko terserang penyakit ini dibandingkan pria. Gejala herpes genital biasanya baru akan muncul saat virusnya sudah mulai aktif di dalam tubuh.
Vagina terasa panas, gatal dan kesemutan, hingga rasa nyeri saat kencing adalah segelintir gejala herpes genital yang bisa muncul.
Saat seseorang terjangkit virus herpes, tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Namun, gejala virus herpes dapat ditangani oleh obat antivirus.
9. Menopause
Perubahan kadar hormon yang terjadi saat wanita berada dalam fase menopause dapat menyebabkan vagina terasa panas, terutama saat sedang berhubungan intim.
Selain itu, menopause juga bisa menyebabkan gejala-gejala lain, yakni:
• Keringat di malam hari
• Sulit tidur
• Libido menurun
• Vagina kering
• Sakit kepala
• Perubahan suasana hati.
Untuk mengatasi berbagai gejala menopause yang sangat mengganggu, dokter akan merekomendasikan terapi hormon dan obat-obatan.