FaktualNews.co

Gubernur Khofifah : Angka Kematian Ibu-Anak di Jember Tertinggi se-Jatim

Peristiwa     Dibaca : 1666 kali Penulis:
Gubernur Khofifah : Angka Kematian Ibu-Anak di Jember Tertinggi se-Jatim
FaktualNews.co/hatta
Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat memberikan sambutan pada Sertijab Bupati Jember

JEMBER, FaktualNews.co-Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Jember tertinggi se-Jatim. Hal itu disampaikan Khofifah di sela acara Serah Terima (Sertijab) Bupati Jember di Gedung DPRD Jember, Selasa (2/3/2021).

Dalam kesempatan memberikan sambutan, Khofifah mengatakan, untuk meningkatkan sumber daya manusia, sesuai petunjuk Presiden RI, sedapat mungkin menekan angka Kematian Ibu dan Anak (Bayi), serta juga persoalan stunting.

“Untuk melihat kualitas dan daya saing, itu adalah AKI (Angka Kematian Ibu), AKB (Angka Kematian Bayi) dan Stunting,” kata Khofifah dalam pidatonya.

Sehingga sebagai upaya untuk menekan AKI, AKB, dan Stunting itu, kata Khofifah, perlu kerja keras dari semua pihak dan kalangan. seperti halnya yang dilakukan oleh PKK dan Posyandu.

“Yang jangan kemudian dianggap ringan kerjanya. Bahkan ibu ketua PKK bisa lebih sibuk dari Bupati. Karena keliling (untuk memberikan edukasi soal AKI, AKB, dan Posyandu) itu,” ujarnya.

Dari data yang disampaikan oleh Khofifah, dan ditampilkan secara langsung lewat layar proyektor.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jember pada tahun 2020 kemarin mencapai 61 orang. Dari total keseluruhan AKI itu, sebanyak 565 orang jumlah kematian ibu se Jawa Timur.

Yang secara tren selama kurun waktu 10 tahun, sejak 2010-2020. AKI di Jatim berada di angka rata-rata 500 sampai 600 orang, untuk jumlah ibu meninggal.

Sedangkan untuk AKB, Kabupaten Jember angkanya juga berada diurutan teratas Kabupaten/Kota se Jawa Timur. Diketahui, jumlah kematian bayi di Jember tercatat ada sebanyak 324 bayi yang meninggal.

Dengan total AKB se Jawa Timur pada tahun 2020 lalu. Tercatat ada 3.611 kasus kematian bayi. Yang rata-ratanya dari tahun 2015 -2020, posisinya cenderung menurun untuk se Jawa Timur.

Yakni dari awalnya pada tahun 2015 tercatat ada 5132 AKB. Tercatat pada tahun 2020 lalu, angkanya turun menjadi 3611 AKB.

“Sehingga mohon dicari betul intervensinya se signifikan mungkin, sedetail mungkin (untuk mencari penyebab dan solusi, soal AKB, AKI, dan Stunting) ini,” katanya.

Terkait penanganan soal mengukur SDM masyarakat Indonesia. Khofifah mencontohkan bisa dilakukan dengan mengajak lembaga pendidikan atau lembaga lainnya dalam bekerja mengatasi persoalan AKI, AKB, dan Stunting ini.

“Seperti halnya di Surabaya, Unair yang diminta untuk diajak sinergi. Kaitannya kesediaan relawan dari kesehatan untuk melakukan sosialisasi soal AKI, AKB, dan Stunting itu,” katanya.

“Kalau Jember mungkin Unej, menurunkan relawan (kampus) yang inisiatornya nanti (berkolaborasi dengan) Unicef,” katanya.

Karena Unicef bidang secara internasional yang mengatasi persoalan SDM manusia itu.

Sehingga terkait meningkatkan kualitas SDM, Khofifah menambahkan, tentunya juga menjadi pekerjaan rumah bersama, dan dalam bertindak sesuai dengan yang disampaikan Presiden RI.

“Yang pintu masuknya, jika ingin bicara soal kualitas SDM kita, kuncinya ya 3 itu (AKI, AKB, dan Stunting) kata Pak Presiden. Jadi segera diatasi, Angka kematian ibu yang tinggi, angka kematian bayi yang tinggi, dan juga angka Stunting nya yang juga tinggi,” tandasnya.

Menyikapi pernyataan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan akan bekerja sesuai arahan gubernur.

“Saat ini kita mempunyai tiga persoalan. Pertama (kematian) anak, ibu, ketiga soal stunting. Ini nantinya jadi prioritas yang sangat serius sekali (dikerjakan), angkanya sangat tinggi dan tidak baik buat kemajuan Jember, dan (bagaimana nantinya) orang luar melihat, kalau tidak bisa menangani ini sangat mempengaruhi (nama Jember),” kata Hendy.

Sehingga sebagai langkah konkret yang akan dilakukan ke depan, kata Hendy, pihaknya akan bekerja berkoordinasi dengan PKK dan stakeholder terkait.

“Langkah ke depan, kami akan memperkuat (memberikan edukasi dan materi tentang AKI, AKB, dan Stunting) kepada ibu-ibu PKK, dan posyandu. Tentunya kami tidak akan membiarkan itu. Juga bersama OPD Terkait untuk sinergi bersama,” katanya.

Untuk program kerja yang akan dilakukan, juga akan melakukan sinergitas dalam bekerja.

“Kita akan sinergikan teman-teman Dinkes, BKKBN, akan bersama-sama untuk menentukan apa yang dilakukan untuk hal ini (menyelesaikan persoalan kematian ibu dan anak, juga stunting),” tandasnya.

Baca berita menarik lainnya hasil liputan
Editor
Sutono Abdillah