SURABAYA, FaktualNews.co – Berhenti minum alkohol memang tidak mudah dilakukan, apalagi jika sudah menjadi kebiasaan.
Sebagian orang minum alkohol untuk memompa semangat atau meredakan kecemasan mereka dan membuat merasa lebih nyaman bersosialisasi. Tetapi jika itu merupakan perilaku penyalahgunaan alkohol, berhenti adalah satu-satunya pilihan untuk menjadi sehat kembali.
Terlalu banyak alkohol dalam tubuh bisa berdampak besar pada suasana hati seseorang. Saat berhenti minum, hal yang sama juga terjadi.
Ahli saraf Kristen Willeumier, Ph.D. mengatakan bahwa banyak pekerjaan yang dibutuhkan untuk melewati beberapa rintangan ketika memutuskan berhenti minum alkohol.
Menurutnya, alkohol dapat memodulasi suasana hati tetapi memengaruhi banyak neurotransmiter yang dapat menghasilkan berbagai emosi. Misalnya, mulai dari perasaan percaya diri, bersemangat, bahagia, dan rileks hingga perasaan agresif, depresi, mudah tersinggung, merasa lelah, dan gelisah.
Efek saat mulai berhenti minum alkohol
Efek awal yang dirasa ketika berhenti minum alkohol dapat bervariasi tergantung pada jumlah dan seberapa sering seseorang itu sebelumnya minum alkohol, menurut Well and Good.
Dr. Willeumier mengatakan bahwa peminum alkohol ringan hingga sedang atau mereka yang minum satu hingga tiga kali seminggu dapat mengalami gejala perubahan pola tidur dan suasana hati ketika mereka berhenti minum.
Hal itu, jelas dia, karena sistem neurotransmitter mereka akan berusaha menyeimbangkan neurotransmiter di otak yang dapat memengaruhi bilik tidur dan suasana hati.
Artikel lainnya:
Tetapi begitu sistem neurotransmitter kembali, lanjutnya, suasana hati seseorang akan pulih dan akan mengalami ketajaman dalam ingatan, kewaspadaan, dan fokus.
Selain itu, Dr. Willeumier juga mengidentifikasi beberapa efek merugikan dari minum alkohol. Dia mengatakan bahwa minum alkohol terkait dengan gangguan dalam kognisi, emosi, dan perilaku.
“Meskipun konsumsi alkohol dapat membuat rileks dan meningkatkan suasana hati, alkohol mengandung etanol yang dapat menurunkan fungsi otak yang menyebabkan mabuk, kelelahan, dan depresi,” katanya di laman Science Times.
Minum alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan kecanduan yang mengganggu pemrosesan informasi seseorang yang mengarah pada agresi, kekerasan, dan perilaku mengambil risiko. Ini juga merusak kontrol motorik, seperti bicara cadel, refleks melambat, dan keseimbangan.
Yang terpenting, ini mengubah struktur dan fungsi otak yang meningkatkan risiko gangguan kognitif ringan dan demensia.
Pulih kecanduan alkohol
Menurut Recovery Research Institute, orang yang pulih dari penyalahgunaan alkohol menunjukkan peningkatan atau bahkan pemulihan total dalam memori jangka pendek. Memori jangka panjang, IQ verbal, dan kefasihan verbal orang-orang yang pernah menjadi pengguna alkohol juga dilaporkan pulih seperti semula.
Struktur otak juga bisa pulih setelah orang tersebut berhenti minum alkohol. Volume hipokampus, wilayah otak yang bertanggung jawab untuk memori, akan mulai meningkat seperti halnya di sebagian besar wilayah otak. Ini adalah hal yang baik karena artinya otak sedang memulihkan diri dari kerusakan yang disebabkan oleh alkohol.
Lebih lanjut, enam bulan pantang menunjukkan penurunan kemungkinan individu dalam pemulihan awal untuk melanjutkan minum ketika dihadapkan dengan alkohol atau isyarat terkait di lingkungan alami mereka.
Dr. Willeumier menyarankan untuk mempraktikkan gaya hidup sehat otak untuk mengatur emosi seseorang, seperti makan makanan yang menyehatkan otak, tidur terus menerus selama tujuh hingga delapan jam, dan melakukan aktivitas fisik sehari-hari.