JEMBER, FaktualNews.co – Para petani di Jember yang tergabung dalam Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), meminta keadilan dan koreksi ulang terkait rencana pemerintah melakukan impor beras. Rencana itu dikhawatirkan bakal merugikan petani.
“Dengan rencana pemerintah untuk impor beras 1 juta ton, jelas membuat petani tidak nyaman,” kata Ketua HKTI Jember, Jumantoro, Sabtu (6/3/2021).
Menurut Jumantoro, ketidaknyamanan itu lantaran impor beras dinilai bakal merugikan petani. Saat ini saja, jelasnya, serapan Bulog Jember terhadap gabah petani masih rendah.
“Ini sama halnya petani mau dimusnahkan pelan-pelan. Derita petani bertambah. Sekarang saja serapan gabah di Bulog Jember rendah,” ucapnya.
Dalam musim panen ini, lanjut Jumantoro, serapan Bulog berkisara antara 15 sampai 20 persen dari total hasil panen di Jember. Selebihnya, hasil panen petani padi masuk ke pengusaha penggilingan.
“Bulog sendiri, kemampuan untuk serap gabah dan beras petani terbatas hanya 15 sampai 20 persen dari hasil panen petani,” sambungnya.
Dengan kondisi tersebut, dia berharap perhatian dari pemerintah untuk mempertimbangkan kembali kebijakan impor beras itu.
“Setop impor beras, maksimalkan hasil petani,” pungkasnya.
Seorang petani warga Desa/Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Junaedi berharap pemerintah mengurungkan rencana impor agar harga gabah menguntungkan petani.
“Mon bedeh impor beras, enggih tambbah ngenes nasib’pha engkok. Mon engak nekah mateh oreng tani pak, dekremmah se nyera’ah otang. (Bila ada impor beras ya tambah memprihatinkan nasib saya ini. Kalau seperti ini petani ‘mati’, bagaimana harus membayar hutang),” katanya dalam bahasa Madura.