Dari Sarasehan ‘Meneladani KH Abdul Wahab Chasbullah’ PWI Jombang
Terungkap, KH Wahab Chasbullah Ternyata Pernah Menjadi Pemred Sebuah Majalah
JOMBANG, FaktualNews.co-Sosok pendiri NU, KHA Wahab Chasbullah sebagai penulis dan pengelola media belum banyak diketahui publik. Pahlawan nasional yang multi talenta itu ternyata pernah menjadi pemimpin redaksi sebuah majalah.
Hal itu terungkap saat sarasehan nasional bertema ‘Meneladani KH Abdul Wahab Chasbullah, Membangkitkan Spirit Perjuangan Lewat Tulisan’, yang digelar PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Jombang bersama Kiai Wahab Foundation di pendopo Kabupaten Jombang, Rabu (17/3/2021).
“Kiai Wahab merupakan seorang yang memahami pentingnya perjuangan melalui media massa,” kata Abdul Mun’im DZ, Wakil Sekjen PBNU, saat menjadi nara sumber dalam sarasehan tersebut.
Oleh karena itu, sambung Mun’im, Mbah Wahab rajin menulis opini atau menulis kegiatan NU di media massa. “Bahkan Kiai Wahab juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Swara Nahdlatoel Oelama (SNO),” terang Mun’im.
Majalah dengan tulisan arab pegon ini, menurut Mun’im, didirikan sekitar 1927 atau setahun setelah NU lahir. “Saya selama 10 tahun mengumpulkan tulisan-tulisan Kiai Wahab di berbagai media. Pemikirannya sangat solutif,” ujar penulis buku ‘KH Abdul Wahab Chasbullah: Kaidah Berpolitik dan Bernegara’.
Secara garis besar, lanjut Mun’im, perjuangan Kiai Wahab berada di tiga ruang. Pertama, perjuangan melalui media massa. Lewat tulisan, pendiri NU ini melontarkan gagasan semangat kebangsaan. Kemudian perjuangan politik melalui garis partai.
“Terakhir perjuangan melalui jalur militer/perang bersenjata. Kiai Wahab ini juga berjuang lewat medan laga. Beliau membentuk laskar-laskar untuk berperang melawan penjajah,” kata Wakil Sekjen PBNU yang juga penulis buku putih ‘NU: Benturan NU-PKI 1948-1965’.
Narasumber lain, Choirul Anam atau cak Anam, tokoh Pers Jatim yang juga sejarawan NU, membeber, upaya mendirikan NU sudah dilakukan Kiai Wahab sejak 1916. Saat itu Kiai Wahab mendirikan Nahdlatul Wathon, lalu mendirikan Tasfirul Afkar, serta pada 1918 mendirikan Nahdlatul Tujar.
Baru pada 1926 secara resmi mendirikan NU (Nahdlatul Ulama) bersama Hadratus Syaikh Hasyim Asyari dan KH Bisri Syansuri. “Mbah Wahab itu peletak dasar NU,” ujar Cak Anam.
Dalam forum tersebut, Cak Anam juga membawa bukti otentik berupa kartu tanda anggota parlemen milik KH Wahab Chasbullah. Kartu tersebut dikeluarkan pada 1956 atau satu tahun setelah pemilu pertama digelar. Kiai Wahab menjadi anggota parlemen dari Partai NU.
“Banyak yang menyebut Kiai Wahab lahir pada 1888 masehi. Namun saya menulis tahun kelahiran Kiai Wahab pada 1887. Ini bukti otentiknya,” kata Cak Anam sembari menunjukkan kartu anggota parlemen tahun 1956 milik KH Wahab Chasbullah.
Wakil Ketua Kiai Wahab Chasbullah Foundation, Ulfah Masfufah, lebih banyak menjelaskan tentang lembaga yang terus mengumpulkan pemikiran Kiai Wahab.
Lembaga ini didirikan oleh putra/putri KH Wahab Chasbullah. Di antaranya, Hj Mukhtamarah, Hj Mahfudloh, Hj Hizbullah, Hj Mundjidah, KH Roqib Wahab, dan KH Hasib Wahab.
Menurut cucu KH Wahab ini, tujuan besar lembaga tersebut didirikan ada;ah agar cita-cita dan perjuangan Mbah Wahab Chasbullah makin mudah direalisasikan pada zaman sekarang.
“Lembaga ini memiliki program utama, yaitu bidang sosial, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Kami sudah memberikan beasiswa 100 mahasiswa,” ujarnya Sekretaris PP Muslimat NU ini.
Menurut Ulfah, pemikiran, gagasan, semangat KH Abdul Wahab Chasbullah harus terus dilestarikan kepada dzurriyah, santri, dan alumni, serta generasi zaman ini. Sehingga mereka memahami tentang nasionalisme, kebangsaan.