Bom Makassar dan Serangan Mabes Polri, ‘Dejavu’ Teror di Surabaya 3 Tahun Silam
SURABAYA, FaktualNews.co – Dua rentetan aksi teror yang hanya berselang beberapa hari di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi dan penembakan di Mabes Polri Jakarta, seolah fenomena dejavu aksi terorisme di Surabaya tiga tahun silam.
Ledakan bom bunuh diri mengguncang tiga tempat ibadah umat kristiani kemudian menyusul serangan di markas polisi.
Ketika itu, pada hari Minggu, (13/5/2018) pukul 06.30 WIB. Gereja Katolik Santa Maria di Jalan Ngagel Madya 01 Surabaya menjadi sasaran bom bunuh diri. Pelaku teror merupakan adik kakak yang masih belia, Yusuf (18) dan Firman (16).
Keduanya berboncengan mengendarai sepeda motor masuk ke halaman Gereja Santa Maria dan meledakkan bom yang mereka bawa. Dua pelaku dan lima masyarakat tewas di lokasi kejadian.
Kurang dari satu jam, atau tepatnya pukul 07.15 WIB. Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro Surabaya tak luput jadi sasaran bom.
Pelaku adalah Puji Kuswati (43) bersama dua putrinya Pamela (9) dan Fadila (12). Tidak ada korban tewas selain pelaku dan kedua anaknya.
Berselang 38 menit kemudian, giliran Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jalan Arjuna Sawahan yang menjadi target aksi bom bunuh diri.
Dita Oeprianto (48) bertindak sebagai pengantin. Ia merupakan ayah dan suami dari para pelaku teror di dua gereja sebelumnya.
Akibat aksi keji yang dilakukan keluarga anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Surabaya tersebut menewaskan 19 orang. Mereka adalah 6 pelaku dan 13 masyarakat. Menyusul pada 1 Juni 2018, satu orang yang menderita luka bakar 90% akibat bom Gereja Pantekosta meninggal dunia.
Di tengah perhatian pemerintah, aparat kepolisian dan masyarakat atas serangan bom bunuh diri tersebut, serangan teror terjadi lagi keesokan harinya. Pada Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB, Mapolrestabes Surabaya di Jalan Sikatan menjadi sasaran peledakan bom bunuh diri.
Pelakunya adalah keluarga Tri Murtiono (50) bersama sang istri, Tri Ernawati (43) dan ketiga anaknya. Salah satu anak pelaku yang dibawa serta dalam aksi bunuh diri itu berhasil selamat dari ledakan.
Dari peristiwa kelam itu, ada dua hal serupa yang dilakukan para teroris. Diawali dengan meledakkan diri di tempat ibadah kemudian diikuti dengan serangan ke kantor polisi.
Setelah tiga tahun rupanya pola serangan teror tersebut berulang, bom di gereja dan serangan markas polisi.
Serangan pertama adalah bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan Minggu (28/3/2021) menyusul kemudian serangan kedua yakni penembakan di Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) sore.
Pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar adalah pasangan suami istri berinisial L dan YSF. Mereka berdua tinggal di kontrakan, di Jalan Tinumbu, Lorong 132, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar.
Aksi keduanya mangakibatkan sedikitnya 20 orang luka-luka terdiri dari masyarakat dan petugas keamanan gereja. Sedangkan kedua pelaku tewas mengenaskan di lokasi kejadian.
Pelaku serangan di mabes Polri teridentifikasi sebagai simpatisan ISIS, berjenis kelamin perempuan seorang dengan inisial ZA.
“Bernama ZA (25), alamat di Jalan Lapangan Tembak, Kepala Dua Wetan, Jakarta Timur. Berdasarkan face recognation, sesuai,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit kepada wartawan di Jakarta.
Listyo Sigit menjelaskan, wanita tersebut masuk melalui pintu belakang Mabes Polri melewati pos penjagaan. Kepada petugas, wanita tersebut menanyakan kantor pos yang berada di lokasi Mabes Polri.
“Oleh anggota ditunjukan, namun kemudian yang bersangkutan kembali melakukan penyerangan yang ada di pos jaga,” lanjut Kapolri.
Atas kejadian ini, Kapolri meminta agar jajaranya tetap memberikan pelayanan maksimal terhadap masyarakat dengan tetap meningkatkan pengamanan di seluruh tingkatan.
“Tingkatkan keamanan di markas komando maupun yang bertugas di lapangan,” pungkas Kapolri.